Solo – Bank Indonesia Surakarta bersama dengan Pemerintah Kota Surakarta menyelenggarakan “Training of Trainer (TOT) Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah kepada Guru-Guru Setingkat SMP/MTs se-Surakarta” di The Sunan Hotel Surakarta, Selasa (29/8).
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, dalam sambutannya sangat mengapresiasi inisiatif BI untuk mengadakan kegiatan ini mengingat beberapa kasus pemalsuan uang rupiah marak terjadi di sekitar Solo.
“Ternyata pemalsuan itu ada di sekitar wilayah kita, di Sukoharjo sudah ditemukan tahun kemarin, lalu kemarin juga ada tempat produksinya malah di belakang rumah dinas,” ungkap Teguh.
Teguh juga berharap kegiatan edukasi uang rupiah ini bisa merambah kalangan masyarakat yang lain.
“Ini saya kira akan terus dilakukan BI, untuk terus mengedukasi masyarakat, termasuk nanti kelompok di pasar, bapak ibu pedagang, buruh gendong, dan lainnya,” tambahnya.
Kegiatan TOT CBP ini dihadiri sebanyak 142 guru SMP/MTs se-Surakarta ini merupakan perluasan dari kegiatan serupa yang telah dilaksanakan tahun 2022 lalu oleh Bank Indonesia.
Sementara, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo mengungkapkan bahwa workshop ini dibuat mengingat beberapa saat yang lalu terdapat kasus anak 16 tahun yang terlibat kasus uang palsu.
“Kemarin itu ada kasus anak 16 tahun membeli pakai uang palsu bapak-ibu; yang pertama berhasil, tapi yang kedua ditangkap. Setelah ditanya ternyata anak ini diiming-imingi oleh seseorang, kalau bisa menghabiskan uang yang diberikan akan dapat imbalan. Ini menunjukan kalau anak ini nggak tau perbedaan uang palsu atau asli,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Nugroho menyampaikan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati saat bertransaksi atau saat menerima uang. Masyarakat dapat mengenali uang asli atau palsu dengan metode 3D, Dilihat, Diraba, dan Diterawang.
Ketika dilihat, benang pengaman pada uang kertas asli akan berpendar ketika terkena sinar matahari. Setelah diraba, serat kapas sebagai material penyusun uang akan terasa berbeda jika dibandingkan dengan uang palsu.
“Selain itu, kita akan merasakan tekstur yang berbeda pada bagian gambar, nominal, lambang negara serta pada tulisan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambah Nugroho.
Cara yang terakhir ialah dengan menerawang uang di bawah sinar matahari. Uang palsu akan segera terdeteksi karena tidak adanya gambar tokoh pahlawan atau gambar tersebut memiliki perbedaan signifikan dengan uang yang asli.
Lalu, apa yang harus dilakukan ketika memperoleh uang palsu? Nugroho memberikan saran agar masyarakat menolak dan menjelaskan secara sopan bahwa uang yang dibayarkan diragukan keasliannya.
Masyarakat dapat meminta kepada pihak pemberi untuk memberikan uang lainnya sebagai pengganti uang tersebut sembari melakukan pengecekan ulang.
“Berikan saran pada pihak pemberi untuk melakukan pengecekan uang ke bank, kepolisian, atau meminta klarifikasi langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat,” terangnya.
Nugroho juga menambahkan untuk menggunakan asas praduga tak bersalah karena pihak pemberi mungkin adalah korban yang tidak menyadari bahwa uang tersebut adalah uang yang diragukan keasliannya.