Cikarang - Ketua Umum Asosiasi Praktisi Human Resouce Indonesia (ASPHRI) Yosminaldi meminta agar perusahaan jangan perhitungan mengeluarkan anggaran protokol kesehatan untuk karyawannya. Hal tersebut demi kepentingan perusahaan agar karyawannya terhindar dari COVID-19.
“Mumpung masih sedikit yang terkena COVID-19, diimbau kepada perusahaan-perusahaan di kawasan industri untuk memprioritaskan rapid test bahkan swab test kepada para karyawannya. Biaya yang dikeluarkan untuk test tersebut belum seberapa, jika dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan jika ada karyawan yang terpapar corona. Justru kerugiannya akan lebih besar,” ujar Yosminaldi di Cikarang, Rabu (15/7).
Ia menilai jika masih ada perusahaan yang kurang ketat menerapkan protokol kesehatan. Namun, Yos enggan menyebutkan nama perusahaan-perusahaan tersebut.
“Mereka menganggap biaya penerapan protokol kesehatan cukup tinggi. Apalagi, kondisi pandemi saat ini juga mempengaruhi keuangan perusahaan, sehingga perusahaan masih hitung-hitungan soal biaya yang harus dikeluarkan untuk menerapkan protok kesehatan,” tambah mantan Ketua Forum HR Kawasan EJIP ini.
Ia menilai adanya klaster COVID-19 di kawasan industri bukan disebabkan pengawasan yang lemah tetapi karena masih ada perusahaan yang longgar dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Saya kira bukan pengawasan lemah, tapi masih ada beberapa perusahaan belum melaksanakan protokol kesehatan secara ketat, konsisten dan konsekwen. Di samping itu perlu sosialisasi lebih dalam, jelas dan yang paling penting itu kedisiplinan setiap karyawan dalam mematuhi protokol kesehatan di perusahaan masing-masing,” tandasnya.