Kubu Raya – Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, menggaungkan slogan 'Maskerku Pakaianku' untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya penggunaan masker untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Strategi memasifkan pembuatan dan budaya memakai masker adalah yang paling diutamakan dan terdepan,” ujar Muda Mahendrawan di Sungai Raya, Senin (13/7).
Muda mengatakan pengalaman di sejumlah negara membuktikan, respons yang terkendali terhadap pandemi berperan besar pada upaya penanganan. Termasuk di Kubu Raya, upaya menekan kepanikan masyarakat akibat kelangkaan masker pada fase awal datangnya pandemi, terbukti berkorelasi positif pada penanganan kasus COVID-19.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya per 11 Juli 2020 menunjukkan, dari 35 kasus terkonfirmasi positif, 33 di antaranya telah sembuh total. Praktis tinggal dua pasien yang masih dalam perawatan/isolasi.
“Kubu Raya menerapkan hal yang sama dengan semangat slogan 'Maskerku Pakaianku’ dan semangat kepung bakul berjibaku dengan masif melalui partisipasi rakyat di seluruh desa,” ujarnya.
Muda bersyukur angka penularan COVID-19 terbilang rendah, padahal Kubu Raya merupakan hinterland atau daerah penyangga ibu kota provinsi yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak. Di mana Pontianak pernah menjadi wilayah transmisi lokal atau yang kerap disebut zona merah selain Singkawang dan Ketapang.
“Maka meski posisi Kubu Raya ini sebetulnya paling sangat rentan karena berada di hinterland kota dan memilik bandara internasional, kita bersyukur angka tertular sangat rendah. Karena sejak awal pandemi masuk, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya sudah langsung berupaya membentengi sebagai resep strategi pencegahan ke warga. Dan hampir semua bukan kluster penularan di Kubu Raya atau transmisi lokal,” tuturnya.
Muda menambahkan, gerakan 'Maskerku Pakaianku' yang digaungkan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya juga berdampak positif pada bergeraknya ekonomi warga, sebab mereka memiliki opsi penghasilan baru yakni dari menjahit masker. Di mana masker-masker yang diproduksi kemudian dibeli oleh pemerintah daerah dengan harga yang wajar dan tidak komersil. Tidak hanya menerima masker buatan konveksi lokal, pemerintah kabupaten juga menampung masker buatan para penjahit mandiri.
“Penjahit-penjahit mandiri juga kita akomodir. Dan kita sarankan desa-desa jika di tempatnya ada penjahit bisa membikin masker. Ada yang bisa jahit maka bikinlah,” terangnya.