Bondowoso - Ketahanan pangan nasional merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah bersama-sama dengan masyarakat, termasuk para tokoh masyarakat, ulama, serta kyai. Ponpes sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan yang melahirkan generasi penerus bangsa memiliki peran strategis dalam pembangunan ketahanan pangan nasional baik secara langsung maupun tidak langsung.
"Lulusan pondok pesantren nantinya akan terjun langsung di masyarakat, jadi kalau sudah dibekali pendidikan dan pelatihan yang baik dan ditambah dengan pemenuhan kecukupan gizi yang seimbang, Insya Allah pesantren sebagai tonggak terciptanya ketahanan pangan akan memberi kontribusi yang besar bagi bangsa dan negara," ujar Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), dalam Sarasehan Kebangsaan yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlah Bondowoso, Jawa Timur pada Sabtu (12/11).
Arief mengatakan, secara langsung, pemenuhan konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) kepada santri akan dapat mendorong pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif. Sedangkan dalam jangka waktu panjang, lulusan Ponpes yang telah dibekali keterampilan baik di bidang pertanian maupun peternakan nantinya akan memberi kontribusi yang besar bagi pembangunan ketahanan pangan nasional di masa mendatang baik itu sebagai aparatur negara, pelaku usaha (bisnis), maupun tenaga pendidik, serta profesi lain sebagainya.
Pesantren dapat menjadi sentra untuk pemenuhan ketersediaan pangan. Kepemilikan lahan Pondok Pesantren yang cukup luas dan didukung SDM yang memadai menjadi potensi besar untuk pengembangan sektor pertanian. Secara minimal dapat mewujudkan kemandirian pangan pesantren (self-sufficiency), selanjutnya pesantren dapat menjadi pusat stabilisasi pasokan dan harga pangan, misal dengan Gelar Pangan Murah yang diadakan di pesantren.
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, generasi muda ini harus kita siapkan sejak dini, sehingga Bonus Demografi nantinya bisa kita wujudkan dalam bentuk Generasi Indonesia Emas terlebih dalam menyongsong HUT RI ke-100 di tahun 2045 yang akan datang," kata Arief.
"Apabila ulama, umaro, dan umat bersatu dalam pembangunan ketahanan pangan saya yakin krisis pangan dan inflasi bisa kita atasi," tambahnya.
Arief menyebut wilayah 'tapal kuda' Jawa Timur sebagai daerah yang memiliki banyak Ponpes memiliki potensi yang sangat besar dalam menentukan nasib bangsa ke depan. Kontribusi dari Ponpes di Jawa Timur apabila dapat ditularkan ke wilayah lain pasti akan menjadi gerakan yang masif untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan dan gizi. Oleh sebab itu ia berpesan kepada para tokoh masyarakat, ulama, dan kyai agar terus bersinergi dalam ekosistem pangan yang sedang dibangun pemerintah saat ini, antara lain dengan berkolaborasi bersama pemerintah daerah setempat, misalnya melalui Gerakan Makan Telur bersama para santri.
Dalam kesempatan yang sama pimpinan Ponpes Al-Ishlah KH Thoha Yusuf Zakariya mengatakan bahwa Sarasehan Kebangsaan seperti ini menjadi momentum yang baik dalam mengisi kemerdekaan. Menurutnya melalui sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dan pemuka agama seperti ini akan dapat memberikan dampak yang positif bagi masa depan bangsa.
Selain pembekalan keterampilan di bidang pertanian dan peternakan, jiwa kewirausahaan juga ditumbuhkan pada diri santri sehingga lulusan Ponpes Al-Ishlah dapat memberi manfaat secara maksimal di masyarakat. Lebih lanjut dikatakan saat ini Ponpes Al-Ishlah telah memiliki berbagai unit usaha di bidang pertanian, peternakan, hingga budidaya ikan. Ponpes Al-Ishlah juga telah memiliki satu unit cold storage portable sebagai sarana penyimpanan ikan dengan kapasitas 50 ton.
"Kita sosialisasikan ketahanan pangan dan gizi kepada para santri sejak dini agar di hari depannya kelak mereka bisa menjadi orang yang berhasil dan bisa memberi kontribusi positif bagi bangsa, negara, dan agama," terangnya.
Lebih lanjut disampaikannya bahwa dirinya optimis ketahanan pangan nasional akan berkembang di tangan Arief Prasetyo Adi selaku Kepala Badan Pangan Nasional, sebab ia mengaku sudah lama mengenalnya mulai dari menjabat sebagai Dirut Food Station, Dirut ID FOOD, hingga saat ini NFA. Ia meyakini NFA mampu menyerap aspirasi seluruh insan pelaku pangan di Indonesia mulai dari produsen, pedagang, hingga masyarakat luas.
"Beliau ini sudah saya kenal sejak lama dari mulai Dirut Food Station, saya yakin karena beliau sudah bergelut dalam urusan pangan sejak lama. Maka saya sebut sebagai Bapak Pangan Nasional," tambahnya.
Dalam acara tersebut turut diserahkan bantuan pom minyak goreng Emigo oleh Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA Andriko Noto Susanto kepada pengurus Ponpes Al-Ishlah.
Sarasehan kebangsaan ini mengangkat tema "Peran Strategis Pesantren dalam Ketahanan Pangan Nasional" dihadiri oleh tokoh masyarakat, ulama, kyai, serta para veteran Tentara Nasional Indonesia (PPIR, PPAD, dan LVRI) di wilayah 'tapal kuda' provinsi Jawa Timur dan sekitarnya. Turut hadir dalam acara tersebut Tenaga Ahli Utama Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Yudi Firmansyah Putra.
Rangkaian acara Sarasehan Kebangsaan akan dilanjutkan dengan kegiatan Jaka Sopan yaitu Jalan Kaki Bondowoso Dadapan sekaligus Gerakan Makan Telur untuk Pencegahan Kerawanan Pangan pada hari Minggu (13/11) dimulai dari Alun-Alun Kabupaten Bondowoso menuju Ponpes Al-Ishlah.