Bondowoso - Gerakan memasyarakatkan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) terus dilakukan Badan Pangan Nasional/ National Food Agency (NFA) di berbagai daerah. Dalam rangkaian acara Jalan Sehat Bondowoso Dadapan (Jaka Sopan) di Kabupaten Bondowoso pada Minggu (13/11), Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengajak seluruh masyarakat untuk mengubah pola konsumsi pangan yang lebih beragam dan berimbang.
"Ingat kenyang itu tidak harus nasi, makan sehat itu makan enak, makan B2SA," ujar Arief.
Dalam kesempatan tersebut Arief juga menjelaskan konsep Gizi Seimbang dalam Isi Piringku diisi dengan 1/3 pangan pokok, 1/3 sayuran, 1/6 lauk pauk, dan 1/6 buah setiap harinya. Ia juga menegaskan bahwa kebutuhan karbohidrat bisa dipenuhi dari beragam pangan lokal seperti jagung, singkong, sagu, dan lainnya.
Kegiatan Jaka Sopan diselenggarakan setiap tahun dalam rangka membudayakan pola hidup sehat melalui olahraga dan jalan pagi. Pada penyelenggaraannya tahun ini Jaka Sopan dilaksanakan dalam rangka pencegahan kerawanan pangan melalui Gerakan Makan Telur untuk membudayakan pola konsumsi pangan B2SA untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
Dalam pelaksanaannya, Jaka Sopan diisi dengan kegiatan apel pagi, sarapan telur bersama dengan total sejumlah 10.000 butir, senam, serta jalan kaki sejauh 7 kilometer, dan diakhiri dengan bazar pangan murah. Kegiatan tersebut diikuti oleh para santri, pelajar, BUMN, anggota TNI dan Polri, serta ribuan masyarakat sekitar.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam sambutannya menjelaskan bahwa telur merupakan pangan sumber protein yang terbilang cukup murah dan sangat mudah diakses oleh masyarakat. Dengan mengonsumsi minimal satu butir telur setiap hari, pemenuhan kebutuhan protein masyarakat bisa terbantu karena dalam satu butir telur mengandung sekitar 6 gr protein dari kebutuhan asupan 60 gr protein per hari.
"Kalau bisa kita konsumsi telur minimal satu butir setiap hari, kalau bisa dua karena telur merupakan sumber protein yang cukup murah dan mudah didapat," ujar Arief.
Lebih lanjut Arief mengatakan dengan terpenuhinya asupan protein masyarakat maka permasalahan kerawanan pangan dan gizi, stunting, maupun ekonomi bisa teratasi. Arief juga menegaskan bahwa Closed Loop Perunggasan yang tengah dibangun oleh pemerintah antara lain dengan menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp 27.000,-/kg saat ini dimaksudkan untuk memperkuat ekosistem perteluran nasional sehingga dapat memberikan jaminan dan keseimbangan harga baik bagi produsen, pelaku usaha, hingga masyarakat luas.
Aspek lain yang ditekankan Arief adalah bahwa upaya yang dilakukan NFA juga dimaksudkan sebagai bentuk hilirisasi produk peternakan. Ia menjelaskan bahwa pada saat ini NFA sedang membantu para peternak ayam layer untuk dapat memasarkan telurnya. Arief berharap upaya ini dapat membantu menjaga stabilitas pasokan dan harga telur baik di tingkat produsen maupun konsumen.
"Jadi hari ini kita bukan hanya mendorong pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan pencegahan rawan pangan saja, namun juga membantu para peternak untuk mempromosikan hasil usahanya sehingga mereka bisa terus berproduksi karena pasarnya meningkat," ungkap Arief.
Sebagaimana diketahui Presiden Jokowi terus mendorong peningkatan kesejahteraan petani, peternak, dan pelaku usaha termasuk di sektor perunggasan. Upaya tersebut antara lain peningkatan produksi jagung, fasilitasi distribusi pakan, penyerapan telur dan ayam milik peternak mikro dan mandiri, hingga penetapan HAP jagung, ayam, dan telur. Presiden berharap pasokan dan harga pangan bisa terus stabil serta pelaku usaha di semua lini tingkatan bisa mendapatkan keuntungan yang berkeadilan.