Sentani - Menindaklanjuti rencana kerja sama antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura bersama Kodim 1701/Jayapura terkait pengelolaan kakao secara terintegrasi di daerah setempat, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) melaksanakan sosialisasi kepada para petani di tiga kampung yang ada di Distrik Namblong yakni, Yabong, Imestum dan Yakasip.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunnak) Kabupaten Jayapura Sambodo Samiyana, rencana program kakao terintegrasi ini disambut baik oleh masyarakat dengan melakukan pembersihan lahan secara swadaya.
"Itu tindak lanjut dari pertemuan antara pak Bupati dengan pak Dandim terkait kerja sama pengelolaan Kakao secara terintegrasi antara Pemkab Jayapura dengan Kodim 1701/Jayapura. Maka itu kami tindaklanjuti, kemudian ada program penanaman kakao dan di antara kita dengan tiga kampung yakni, Imestum, Yakasip dan Yabong itu ada kesepakatan-kesepakatan. Sehingga kami sepakat menjadikan tiga kampung di Namblong ini sebagai sentra Kakao terintegrasi," jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (21/2).
"Itu nanti kami masuk secara bersama-sama, untuk tahap pertama itu kita lakukan pembersihan lahan yang sudah tadi dilaksanakan. Untuk tahap awal pembersihan lahan kakao itu sekitar 5 hektar, dengan menanam jagung di sela-sela tanaman Kakao," tambah pria yang akrab disapa Doddy ini.
Lebih lanjut Doddy menyampaikan, selain menjadikan tiga kampung tersebut sebagai sentra kakao terintegrasi, direncanakan ke depan akan dijadikan kawasan agrowisata. Sehingga diharapkan sejumlah Perangkat Daerah (PD) terkait dan juga pihak ketiga maupun NGO dapat membuat program yang mendukung rencana tersebut.
Sementara itu, salah satu kelompok tani Kampung Imestum melalui Ketua Kelompok Tani Victori Daud Edison Yarisetouw menyambut baik program kakao terintegrasi ini, yang akan melibatkan seluruh stakeholder dari hulu ke hilir, sehingga menjadi peluang pemberdayaan masyarakat di kampung-kampung.
"Kami petani millenial khususnya di Kampung Imestum Distrik Namblong sekarang lagi mempersiapkan lahan kami untuk kakao, kemudian kami sudah lakukan pembersihan untuk persiapan program dari pemerintah daerah Kabupaten Jayapura. Di mana, kakao jenis Belanda yang dulu pernah jaya di Lembah Grime (Nimboran) ini, kami pikir kenapa dulu bisa, kenapa sekarang tidak bisa. Kami pikir jaman Belanda dulu bisa, sekarang ini kami juga pasti bisa," tanyanya.
"Jadi sebagai generasi muda, kami saat ini berpikir untuk bekerja bagaimana lahan-lahan yang selama ini sudah tidak berfungsi (produksi) itu kami bisa kembali bersama-sama dengan instansi terkait dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Peternakan untuk lakukan kerja sama terkait program pengelolaan kakao secara terintegrasi," pungkasnya.