Labuan Bajo - Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat melaksanakan Apel Gelar Pasukan dalam rangka menghadapi bencana cuaca ekstrem, Jumat (18/2).
Apel gelar pasukan dipimpin langsung Wakapolres Mabar Kompol Eliana Papote yang dihadiri unsur Forkopimda, Pimpinan OPD, kepala BMKG Labuan Bajo, unsur TNI, Polri, Satpol PP, Basarnas, Dinas Bina Marga, Bina Konstruksi dan Perhubungan di Mapolres Manggarai Barat.
Kompol Eliana Papote, dalam sambutannya mengatakan bahwa Kabupaten Manggarai Barat termasuk wilayah yang rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor, angin kencang maupun kebakaran.
"Hampir tiap tahun bencana ini melanda wilayah kita kabupaten Manggarai Barat ini," ujar Kompol Eliana.
"Untuk diketahui ada beberapa bencana yang masih selalu kita ingat karena banyak menimbulkan kerugian materil ataupun korban jiwa salah satu contoh pada bulan November tahun 2018 di Kampung Terang, Desa Golo Sepang, Kec. Boleng, akibat Angin Puting beliung 115 rumah tertimpah musibah, diantaraanya 47 rumah mengalami rusak berat (rata dengan tanah), 68 rusak ringan dan sedang 1 buah Asrama Polisi, 1 buah Pos Babinsa dan 2 penggilingan padi milik warga," lanjut Kompol Eliana.
Dijelaskan Eliana, pada Maret 2019 bencana longsor yang terjadi di Kampung Culu, Desa Golo Damu, Kecamatan Mbeliling, telah merenggut nyawa satu orang warga dan tujuh orang lainnya hilang serta tiga orang terluka. Dan bencana lainnya, banjir akibat meluapnya Sungai Wae Mese setelah hujan deras yang akibatnya merendam rumah warga yaitu di Marombok, Gorontalo, dan Nanga Nae dan masih banyak bencana-bencana yang lainnya yang harus diantisipasi bersama.
"Bencana telah memberikan kita banyak pelajaran berharga. Kita mesti berbenah dan menguatkan kordinasi dan kolaborasi di dalam upaya Penanggulangan Bencana di Kab. Manggarai Barat. Kita hendaknya tidak terjebak di dalam kolaborasi yang saya sebut sebagai “kolaborasi cangkang,” jelas Eliana.
Menurutnya, kolaborasi cangkang adalah kolaborasi semu, pihak-pihak yang terlibat dibatasi oleh ego sektor yang menjadi cangkang pembatas kolaborasi.
"Nampak sama-sama bekerja tetapi tidak bekerja sama, pihak-pihak yang berkolaborasi tidak saling mengetahui apa yang diketahui dan dikerjakan oleh pihak lain. Alhasil kita tidak dapat melihat sinergi yang memicu output dan outcome yang signifikan di dalam penanggulangan bencana baik pada fase pra bencana, fase tanggap darurat, dan fase pascabencana," ungkapnya.
Pada 18 Oktober 2021 yang lalu, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) telah merilis peringatan waspada La Nina yang dapat memicu bencana hidrometeorologis antara lain banjir, banjir bandang, tanah longsor, serta angin kencang. Untuk itu, Pemerintah telah menyusun Dokumen Rencana Kontigensi Cuaca Ekstrim, melaksanakan Geladi Ruang dan Geladi Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Cuaca Ekstrem.
Kompol Eliana menjelaskan, tujuan Apel Siaga Ancaman Bencana Cuaca Ekstrem yang dilaksanakan adalah untuk Membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan bersama, untuk menghadapi keadaan darurat yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim, memastikan ketersediaan dan kesiapan berbagai peralatan penanggulangan bencana untuk dapat digunakan pada saat tanggap darurat.
Dirinya menambahkan, hal lainnya bertujuan untuk meningkatkan koordinasi, kolaborasi dan memastikan peran setiap stakeholder dalam penanggulangan bencana cuaca ekstrem, dan memastikan aktifnya Pos Komando Siaga Cuaca Ekstrem di setiap unit yang siap disatukan dalam Pos Komando Tanggap Darurat.
"Saya mengimbau kepada kita semua yang hadir dan seluruh masyarakat dalam rangka mengantispasi kemungkinan buruk yang dipicu oleh cuaca ekstrem untuk meningkatkan kewaspadaan dan terus memonitor informasi cuaca yang bersumber dari BMKG dan memastikan peringatan dini tersampaikan kepada warga masyarakat," pungkasnya.