Ciamis - Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Ciamis, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis menggelar rapat koordinasi lintas sektor dalam perencanaan terpadu KIA yang dilaksanakan di salah satu hotel di Tasikmalaya, Kamis (27/5).
Hadir pada rapat tersebut, Ketua TP-PKK Kabupaten Ciamis, utusan Bagian Kesra Setda, Bappeda, DPMD, Dinsos, Dinas P2KBP3A, Camat Ciamis, Lurah Ciamis, Puskesmas Ciamis, Kabid Kesmas, Kabid Yankes, dan RSUD Ciamis.
Rapat tersebut membahas tentang masalah kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Ciamis yaitu tingginya jumlah kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh masalah langsung dan tidak langsung.
Menurut dr. Eni, untuk mewujudkan hal tersebut, penanggulangannya diperlukan keterpaduan dari program-program yang ada di stakeholder terkait.
"Karena setiap stakeholder mempunyai program-program dengan target penduduk yang sama dengan tujuan sama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," terangnya.
Rakor ini merupakan lanjutan atau bagian dari program MDGs, dimana di dalamnya terdapat perhatian khusus sektor kesehatan yang mencakup gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kespro, KB, sanitasi dan air bersih, paparnya.
"Kematian ibu masih tetap menjadi tantangan utama di sektor kesehatan dari waktu ke waktu," tegas Eni.
Dalam upaya menyusun program dan strategi yang tepat untuk menurunkan angka kematian ibu, Kabid Kesmas mengatakan perlu memperhitungkan kematian ibu dari segi faktor-faktor penyebabnya.
"Yakni adanya penyebab secara langsung, penyebab tidak langsung, maupun faktor-faktor penyebab
yang sebenarnya berada di luar bidang kesehatan itu sendiri seperti infrastruktur, ketersediaan air bersih, transportasi, dan nilai-nilai budaya," paparnya.
Dihadapan para peserta rapat, dr. Eni menjelaskan Faktor-faktor non kesehatan yang memberikan pengaruh besar, karena dapat menentukan berhasil tidaknya upaya penurunan angka kematian ibu, jelasnya.
Selanjutnya, dr. Eni memaparkan Angka Kematian lbu (AKI) sebagai prediktor utama dampak dari pelayanan KIA dari data baseline Sensus Penduduk tahun 2010, AKI di Indonesia sebesar 346 per 100.000 kelahiran hidup, di paparnya.
Menurun menjadi 305 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 (Data Survey antar Sensus (SUPAS) 2015).
"Sementara target penurunan AKI tahun 2019 sebesar 306 per 100.000 Kelahiran Hidup," urainya.
"Ini artinya pencapaian saat ini masih on track menuju target 2019, namun dengan penurunan tersebut, tetap secara angka absolut per daerah masih saja ditemukan adanya daerah-daerah yang menjadi penyumbang jumlah kematian ibu tertinggi untuk tingkat nasional," sambungnya.
"Hal ini yang perlu diantisipasi dan diselesaikan segera dengan dukungan seluruh pihak-pihak yang turut hadir untuk memberikan kontribusi solutif dan inovatif agar jumlah kematian ibu dapat menurun untuk meningkatkan usia harapan hidup sebagai bagian dari penilaian terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)," harapnya.
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai prediktor utama dampak dari pelayanan bayi menurut data baseline SDKI 2012, AKB di Indonesia sebesar 32 per 1.000 Kelahiran Hidup. Menurun menjadi 24 per 1000 Kelahiran Hidup pada tahun 2017 (Data SDKI 2017).
Target penurunan AKB tahun 2019 sebesar 24 per 1.000 Kelahiran Hidup, ini artinya target sudah tercapai. tandasnya.