Rohul - Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) meraih penghargaan Terbaik Ketiga Kabupaten Terbaik dalam melaksanakan 8 Aksi Konvergensi Pencegahan dan Pengendalian Stunting se-Riau. Kabupaten Rokan Hulu meraih skor 76 sama dengan raihan Kabupaten Kampar yang berada di urutan kedua. sementara posisi terbaik pertama diraih Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sebagai informasi, Pemkab Rokan Hulu menjadikan penanganan stunting sebagai salah satu program prioritas, dimana penanganannya dilakukan dengan 8 tahapan aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting yang disinergikan dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Rokan Hulu.
Adapun 8 Aksi Konvergensi Percepatan pencegahan stunting yang dilakukan yaitu pertama, melakukan identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi intervensi gizi.
Kedua, menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi. Ketiga, Menyelenggarakan rembuk stunting tingkat kabupaten/kota. Keempat, Memberikan kepastian hukum bagi desa untuk menjalankan peran dan kewenangan desa dalam intervensi gizi terintegrasi.
Kemudian Aksi ke-5, memastikan tersedianya dan berfungsinya kader yang membantu pemerintah desa dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat desa. Keenam, Meningkatkan sistem pengelolaan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten/kota.
Ketujuh, melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting kabupaten/kota dan kedelapan Melakukan review kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan stunting selama satu tahun terakhir
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Rokan Hulu Muhamad Zaki menyebutkan, 8 Aksi Konvergensi yang sudah dilakukan dengan bersinergi dengan OPD terkait kini sudah membuahkan hasil.
Jika di tahun 2018 terdapat 27,3 persen atau 999 Anak Stunted dari 3,666 balita yang ditimbang, pada tahun 2019 turun menjadi 24,3 Persen. Angka prevelansi stunting Kab. Rokan Hulu terus turun, dimana pada tahun 2020 angka Stunting turun 6 persen menjadi 18,4 persen dan di Tahun 2021 tinggal 17,9 persen atau 540 anak stunted dari 3.015 balita yang ditimbang.
"Meski pun sudah dibawah Standar WHO, Namun Pemkab Rohul akan terus berupaya menekan prevalansi stunting di daerahnya. dalam RPJMD teknokratik Rohul, tahun 2026 angkastunting di Rohul ditargetkan hanya tinggal 12 persen," ujar Zaki.
Dikatakan Zaki, Sebagai Program Prioritas daerah, Penanganan Stunting sudah menelan anggaran cukup besar. pada tahun 2021 ini saja, pemkab rohul telah mengucurkan anggaran sebesar Rp. 2,6 miliar Rupiah.
Sementara kegiatan intervensi sensitif dan spesifik penanganan stunting pada rancangan RKPD tahun 2022 sebesar Rp12 Miliar. selain anggaran Pemerintah penanganan stunting juga melibatkan dunia usaha melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di Rokan Hulu.
"Di tahun 2020, TJSP yang dibantu perusahaan dalam 8 Aksi Konvergensi Stunting ini berupa bantuan makanan balita posyandu, bantuan air bersih, makanan pendamping ASI dan alat kesehatan yang jika dikonversikan mencapai Rp 701 Juta. " Jelas Zaki.
Selain itu dari sisi data Pemkab Rohul juga sudah melakukan pembenahan dengan menerapkan aplikasi Elektronim Human Devolopment Walker (EHDW). Aplikasi ini berfungsi untuk meninput data tentang 5 paket layanan pencegahan Stunting di desa dimana dari 139 desa telah meng-input data tersebut dengan persentase 90 persen.
"Dengan lengkapnya data di Aplikasi tersebut maka desa dapat memantau dan mendukung peningkatan konvergensi, intervensi gizi kepala keluarga pada 1000 hari pertama kelahiran," jelas Zaki.
Selain itu, Upaya penanganan juga dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak seperti Poltekes Provinsi Riau dalam rangka kegiatan Anakku Sehat dan Cerdas dengan Lokus desa stunting. kegiatan tersebut berupa pelatihan yang melibatkan masyarakat didesa lokus stunting.
Berbagai inovasi juga dilakukan agar Orang tua dan remaja lebih memperhatikan kesehatan anak dan Remaja putri yang akan memasuki masa produktf. salah satunya dengan membuat program Alarm 49 yakni pemantauan panjang badan bayi baru lahir dengan panjang badan 49 cm.
Kemudian adalagi Program odong-odong Posyandu untuk menarik minat ibu-ibu ke posyandu. Program gerakan Minum Obat tambah darah (Germitak) bagi remaja putri di Sekolah Menegah Pertama dan Program Cegah dan tangani anemia remaja.