Kubu Raya - Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menutup kegiatan "Training of Trainers" Gerakan Literasi Membaca-kan di Aula SMP Negeri 3 Sungai Raya, Kamis (27/2) sore.
Training of trainers adalah pelatihan untuk pelatih khususnya terkait penerapan kegiatan gerakan membacakan di Kabupaten Kubu Raya.
Sejak gerakan membacakan diluncurkan secara resmi pada 30 Januari lalu di kantor Bupati Kubu Raya, pemkab bergerak cepat.
Implementasi gerakan ini di sekolah-sekolah segera dimulai dengan target peserta didik kelas 4, 5, 6 Sekolah Dasar (SD) dan 7, 8, 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Bupati Muda menuturkan, gerakan membacakan adalah inovasi literasi yang digagas untuk membangun karakter dan kemampuan literasi pada peserta didik.
"Selain menumbuhkan minat baca, gerakan ini juga bertujuan membangun rasa percaya diri, mengembangkan dasar relasi hubungan sosial, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak," ujarnya.
Ia menilai upaya memperkuat literasi anak sesungguhnya telah ada, namun masih tercerai berai dan belum masif sistemik.
"Artinya, ini kita bangun dengan pola sistemik. Jadi kita membangun sistem, pola, dan metode pembelajaran yang secara tidak langsung menguatkan ekstrakurikuler yang berpengaruh langsung kepada proses pendidikan anak-anak kita," tuturnya.
Muda mengungkapkan, selama ini gerakan literasi sudah banyak, namun bersifat individual, tidak melibatkan aktivitas mendengar, karena hanya berupa gerakan membaca, bukan membacakan sehingga yang berminat membaca atau mendatangi perpustakaan pun hanya segelintir, bahkan gerakan membaca yang sedari dulu sudah ada masih belum signifikan mendongkrak budaya baca masyarakat.
"Buku-buku juga banyak yang bersih, tidak banyak sidik jarinya. Sekarang bayangkan satu sekolah ada ratusan siswa, maka dengan gerakan membacakan ini setiap pekan akan ada 150-200 buku yang dipegang dan akan selalu berputar. Dan ini adalah ilmu," jelasnya.
Muda menilai di era digital yang kompetitif, anak-anak harus dibekali kemampuan penting. Yakni kemampuan berkomunikasi dan karakter. Sehingga akan bisa bersaing dan progresif.
"Jadi segala sesuatu kita lihat pada dampak atau efeknya. Dalam era digital serba cepat dan persaingan global ini, anak-anak kita akan berat apabila tidak diberikan bekal untuk mampu menembus zaman. Paling tidak mereka bisa lebih cepat lompatannya ke depan. Punya cara berkomunikasi yang mumpuni, kepercayaan diri, dan karakter yang kuat," paparnya.
Lebih jauh, Muda mengatakan, gerakan membacakan sejalan dengan pokok-pokok kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yakni Merdeka Belajar dan Guru Penggerak yang salah satunya mengubah ujian nasional tahun 2021 menjadi assesmen kompetensi minimal dan survei karakter yaitu literasi, numerasi, dan karakter. Dia menyebut gerakan membacakan menjawab apa yang diprogramkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
"Termasuk menekankan bagaimana memperbanyak praktik dan tidak mendewakan hafalan, lebih mengutamakan memperkuat kompetensi pelajar di dalam hal karakter, integritas, komunikasi, kemampuan analisa, dan pemahaman terhadap substansi," paparnya.
Di situlah, menurutnya, peran guru penggerak dibutuhkan. Yakni guru yang mampu menggerakkan praktik-praktik kesiswaan dengan cara-cara menyenangkan. Alih-alih membebani siswa hingga stres, karena itu harus ada metode yang terbangun agar program "Merdeka Belajar" tetap punya standar ukur dan pencapaian maksimal.
"Makanya konsep ini dari tahun lalu sudah diujicobakan dan disimulasikan oleh teman-teman penggerak literasi di beberapa desa. Kita uji dan cari format-format terbaik. Begitu menteri hadir dengan arah kebijakannya, konsep kita sudah siap. Konsep yang jelas baik dalam legitimasi, regulasi, cara, skema kerja, dan keterlibatan pihak-pihak terkait. Cara penilaian pun sudah terukur jelas," tegasnya.