Labuan Bajo - Inkubasi Tahap II kegiatan Aksilarasi 2021 Sub sektor Penerbitan yang diselenggarakan selama empat belas hari (6 - 19 April) oleh Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), lahirkan 3 Buku dan 5 Peta Jelajah Wisata Labuan Bajo, seperti disebutkan pada press release BPOLBF, Jumat (23/4).
Sebanyak 3 buku tersebut dengan judul Labuan Warisan, Labuan Rasa, serta Labuan Nusa dan Bahari. Sementara peta jelajah wisata Labuan Bajo yaitu Peta 1 - Jelajah Kota Lama, Peta 2 - Jelajah Wilayah Utara, Peta 3 - Jelajah Wilayah Selatan, Peta 4 - Jelajah Kepulauan dan Peta 5 - Jelajah Bawah Laut.
Program Inkubasi Tahap II ini merupakan rangkaian dari kegiatan tahun sebelumnya. Pada Inkubasi I tahun 2020 lalu, para peserta melakukan riset dan pengumpulan data kemudian menyajikannya kedalam sebuah pencatatan yang komperhensif. Kumpulan tulisan tersebut dikompilasi menjadi sebuah buku yang kemudian menjadi draf watu sebelum diterbitkan.
"Tentu saja masih banyak kekurangan pada draft satu ini. Butuh pendalaman riset lagi untuk memperkaya data dalam pencatatan. Oleh karena itu ada proses panjang sebelum buku naik cetak," ungkap Dicky Senda yang menjadi pendamping dalam kelompok kerja Aksilarasi ini.
Yang menjadi fokus pada Inkubasi Tahap II ini adalah kerja penyuntingan dan pengkurasian foto. Buku ini mencoba untuk mempadukan teks dan foto kedalam bentuk yang lebih ringan sehingga mudah dan menyenangkan untuk dilihat dan dibaca. Buku ini pun disiapkan untuk menjadi informasi awal bagi siapapun yang ingin berkunjung ke Labuan Bajo.
Dalam kegiatan inkubasi Tahap II ini juga para peserta diberikan materi Public Speaking dengan tujuan, para peserta dapat meningkatkan kualitas untuk berbicara didepan umum yang mana dalam konteks ini, dapat mempresentasikan hasil karya tulisnya dengan baik. Pakar Public Speaking dari Maluku, Theoresia Rhumte didatangkan untuk melatih secara khusus para peserta.
Proses pengumpulan dan pengkurasian foto dinahkodai oleh Marrysa Tunjung Sari, fotografer yang pernah menjadi Chief Editor Majalah Linkers (citilink). Para peserta diberikan pemahaman tentang teknik pembuatan konten visual berbasis tulisan yang dikerjakan. Bagaimana elemen foto memberikan dukungan terhadap konteks tulisan yang ada.
Di akhir kegiatan sebelum penutupan acara, para peserta secara berkelompok mempresentasikan hasil kerja mereka yang sudah dimulai sejak tahun lalu dihadapan para pimpinan Kemenparekraf dalam hal ini Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni pertunjukan dan Penerbitan sekaligus menguji apakah kegiatan ini berhasil atau tidak.
Pemaparan tentang buku dan peta tersebut antara lain membahas secara rinci Labuan Bajo sebagai labuan warisan, mencatat sejarah dan kebudayaan Manggarai. Labuan Rasa sebagai peleburan budaya. Asam di gunung dan garam di laut bertemu dalam semangkuk ikan kuah asam. Seperti apa keterkaitan orang di pesisir dan pegunung melebur dalam hidangan makanan.
Hal menarik lain yang dipaparkan adalah Labuan Nusa dan Bahari tentang kekayaan khazanah budaya di wilayah pesisir dan kepulauan hingga kehidupan bawah lautnya yang sangat menawan. Satu hal yang menarik juga dalam paparan ini yaitu keterkaitan antara Burung Gosong dan Hewan Komodo dalam rantai kehidupan. Burung Gosong menggali sarangnya di tanah yang kemudian sarang tersebut digunakan oleh komodo untuk menyimpan telurnya. Komodo tidak pernah membuat sarangnya sendiri melainkan melalui bantuan hewan langit.
Sementara peta jelajah wisata mencoba menghadirkan sejumlah titik destinasi yang bisa menjadi rujukan orang-orang yang akan berwisata ke Labuan Bajo. Selain titik point, peta jelajah wisata ini juga dilengkapi dengan narasi singkat yang menjelaskan setiap atraksi wisata tersebut.
Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan Kemenparekraf Mohammad Amin menjelaskan bahwa dampak dari hasil penerbitan ini sesuai dengan yang harapkan Kemenparekraf. Bagaimana produk dari subsektor penerbitan dapat mengisi ruang pariwisata.
"Pendampingan kegiatan Aksilarasi ini merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan produk kreatif unggulan untuk dikelola masyarakat yang dikemas dalam bentuk Socio Creativepreneur," ungkapnya.
Program ini merupakan program lima tahun yang sudah diagendakan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Harapannya, masyarakat lokal sendiri yang menjadi garda terdepan untuk menggali potensi yang ada di daerah.
"Kami hanya sebatas memproduksi dan memfasilitasi teman-teman berkaitan dengan Aksilarasi dibidang musik, seni pertunjukan dan penerbitan. Yang melanjutkan karya-karya ini adalah semua pelaku itu sendiri. Sehingga ada korelasi antara produk Kementerian dan pemanfaatannya oleh masyarakat yang berkesinambungan," lanjut Amin.
Dirinya berharap, agar produk-produk yang dihasilkan peserta dapat mengisi ruang-ruang destinasi. Entah di bandara, hotel, resto dan lain sebagainya.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat Augustinus Rinus, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pihak Kemenparekraf atas terlaksananya kegiatan Aksilarasi dibidang penerbitan.
"Produk-produk yang dilahirkan dari subsektor penerbitan ini sangat luar biasa dan ini akan menjadi refrensi bagi kepariwisataan di Labuan Bajo. Terima kasih karena kegiatan ini memberi warna baru bagi pariwisata Manggarai Barat," ucapnya.
Dirinya berjanji agar produk yang dihasilkan dari kegiatan tersebut akan ditampilkan diberbagai even yang ada di Labuan Bajo nantinya.
Kegiatan Aksilarasi 2021 ini didukung sepenuhnya oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam mengembangkan literasi di Manggarai Barat.
"BPOLBF sudah sejak awal kegiatan Aksilarasi ini memberikan dukungannya. Tahun lalu kita dukung dan tahun ini kembali kita dukung lagi karena ini adalah kegiatan yang sangat bagus untuk menumbuhkan serta mengembangkan dunia literasi di Manggarai Barat. Kita sebagai warga lokal disini yang melakukan pencatatan terhadap daerah kita sendiri dan kita merayakan pengetahuan itu dalam buku dan peta jelajah wisata," ungkap Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina.
Tidak hanya berhenti sampai pada kegiatan ini saja, Shana berharap bahwa akan lebih banyak lagi pencatatan yang dilakukan sehingga banyak lahir buku-buku yang menceritakan tentang kota.