Labuan Bajo - Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogonresmi membuka kegiatan pelatihan "Training of Trainers" Tata Kelola Destinasi Pariwisata yang berlangsung di Sea World Club Hotel, Maumere, Kamis (8/4) sebagaimana disebutkan dalam relaese BPOLBF
Dalam sambutannya, Bupati Sikka mengapresiasi niat HPI Sikka yang telah menginisiasi kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk menciptakan destinasi wisata di Sikka dan Flores lebih berkualitas dan berdaya saing.
"Kegiatan TOT yang didukung oleh BPOLBF ini sangat tepat dan cerdas, apalagi dilakukan di Maumere. Pariwisata kita itu sudah dimulai sejak lama, mulai dari kerajaan Majapahit sampai masuknya bangsa Portugis. Meninggalkan Kebudayaan serta tradisi yang sampai sekarang kita jalankan. Dan beberapa diantaranya dijadikan destinasi budaya atau religi," ujar Fransiskus.
Bupati Fransiskus berharap, kegiatan pelatihan ini mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para peserta sehingga mampu mengemban tugas sebagai public relation dan juga sebagai garda terdepan dalam memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Sikka secara khusus dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum kepada wisatawan.
"Pramuwisata juga mengemban tugas sebagai PR karena terlibat langsung dan ikut merasakan. Jika ada yang negatif harus langsung di positifkan. Tidak boleh saling menjatuhkan. Bagaimana kita menjual Pariwisata Labuan Bajo Flores secara utuh? Pramuwisata adalah garda terdepan negara dalam hal kepariwisataan. Tingkatkan kapasitas agar lebih baik, kita tidak boleh ego dan harus bekerja untuk pariwisata Labuan Bajo dan Flores. Selamat berlatih, terimaksih kepada BPO Labuan Bajo, serta para parasumber" ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Shana Fatina mengapresiasi tekad HPI Sikka untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas baik bagi pelaku pariwisata maupun bagi destinasi wisata yang ada.
"Apresiasi buat semangat teman-teman, antusias dan sangat bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Tahun lalu kita lakukan penghitungan Travel Tourism dan Competitivenes Index (TTCI) di Flores. Untuk Kabupaten Sikka itu indexnya 2. Tidak beda jauh dari Manggarai Barat yang 2.1, atau tingkat Nasional 4,2. Kalau Kabupaten lain masih sekitar 1,5 hinggah 1,7. Indikatornya itu adalah produk pariwisata, infrastruktur, lingkungan dan lain sebagainya. Tantangan kita adalah bagaimana untuk menaikan angka itu menjadi 4,2 atau lebih dari itu," ujar Shana.
Dengan antusias seperti ini, lanjut Shana, merupakan modal yang luar biasa karena kita tau bahwa pariwisata itu adalah semuanya. Bagaimana membangun interaksi sosial bersama wisatawan dan membangun persaudaraan dan modal utamanya adalah SDM
Shana berharap kegiatan pelatihan ini mampu menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri, baik dari sisi kualitas SDM maupun pengembangan serta pengelolaan destinasi wisata yang berdaya saing dan layak untuk dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Kita berharap pada bulan Juli, Bali rencananya akan dibuka untuk Wisman. Kita melihat ini peluang yang besar untuk limpahannya bisa datang ke kita di NTT. Saya senang dan apresiasi bahwa pelaku ekonomi kreatif sudah melakukan vaksinasi dan akan kita dorong juga untuk sertifikasi CHSE sehingga nanti wisatawan tidak khawatir saat berkunjung kesini ditengah pandemi dan dapat dilayani dengan baik. Dan juga kita masih punya waktu sebelum border dibuka, dengan persiapan yg antisipatif yang dari awal sudah menyiapkan diri, inovasi dan kolaborasi dan adapatasi terhadap pariwista yang baru tentu kita bisa kembali bangkit menjadi pemenang," jelasnya.
Ketua HPI Cabang Sikka Arkadius Jong dalam laporan kegiatannya menjelaskan keberadaan sebuah destinasi pariwisata yang berdaya saing perlu ditopang oleh kehadiran sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Melalui kegiatan pelatihan "Training of Trainer" yang pertama kali digelar di Maumere ini, diharapkan mampu menghasilkan calon pelatih-pelatih baru yang mampu mengelolah sebuah destinasi wisata menjadi layak untuk dikunjungi.
"Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas SDM dibidang tata kelola destinasi pariwisata di daerah agar mampu mendatangkan wisatawan yang berkualitas dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tujuan lainnya juga mempersiapkan insan pariwisata yang berkualitas dan memiliki kompetensi di bidang tata kelola destinasi sesuai perkembangan terkini di Indonesia dan Mancanegara," jelasnya.
Selain itu, tambahnya, mampu melahirkan Pramuwisata yang hebat kedepan dengan pengetahuan luas, memiliki keterampilan dan berbudi pekerti sehingga mampu melaksanakan tugas untuk mengelola destinasi wisata di Kabupaten Sikka khususnya dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum.
Kegiatan pelatihan bertajuk "Training of Trainer" tata kelola destinasi pariwisata ini akan berlangsung selama 3 hari yakni 8-10 April 2021 dan mengambil tempat di Sea World Club Hotel, Maumere. Dalam kegiatan ini, HPI dan BPOLBF menghadirkan narasumber yang memiliki pengalaman dibidang pelayanan jasa, khususnya dalam bidang Pramuwisata. Narasumber tersebut yakni Nyoman Kandia, Nila Krisnawati Hidayat, dan Taufik Hidayat.
Hari pertama pelatihan, peserta akan diberi materi terkait CHSE, Sadar Wisata dan Sapta Pesona, Desa Wisata dan Pariwisata Berkelanjutan, Pengantar Pengelolaan Destinasi, IT dan Publikasi, SDM Organisasi, dan pengelola destinasi.