Muara Enim - Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meninjau lahan Eks Pusat Riset Perikanan dan Pembibitan Udang (ATP3) di Desa Patra Tani, Kecamatan Muara Belida, Kabupaten Muara Enim, Selasa (11/2).
Lahan tersebut merupakan lahan yang dihibahkan Kementerian Riset dan Teknologi ke Pemprov Sumsel seluas 14,6 hektare yang ditargetkan pada tahun 2021 menjadi pusat penelitian, pembenihan, hingga pemasaran ikan perairan umum dan unggas pertama di Indonesia yang terintegrasi dan terbesar di Sumsel.
"Kita punya citra sebagai daerah penghasil ikan di perairan umum, karenanya tempat ini akan menjadi lokasi penelitian, pengembangan bibit dan benih ikan, pembesaran, dan pemasaran hasil produksi ikan dan udang air tawar," kata Herman Deru.
Ia menegaskan, mulai pekan depan semua OPD terkait bersama dinas terkait di kabupaten/kota harus segera 'action' atau bekerja untuk mewujudkan rencana tersebut, mulai dari pembersihan 40 kolam, perbaikan sarana dan prasarana seperti rumah riset, gedung penelitian petani, dan gedung pembenihan, termasuk dengan infrastruktur akses jalan menuju ke lokasi tersebut.
"Saya tidak hanya ingin ini sebagai MoU saja, tidak sebatas pembahasan dan rencana-rencana saja, melainkan ada action setelah ini," katanya.
Herman menjelaskan, meski belum membicarakan target tonase hasil produksi ikan dan udang dari tempat itu nantinya, namun pihaknya berharap kesejahteraan masyarakat akan terdorong dengan ini.
Diakui Gubernur Herman Deru, untuk jenis ikan air tawar di Sumsel sendiri ada sekitar 200 spesies.
"Khusus di tempat ini, saya tidak menargetkan harus ikan ini atau itu. Terserah mau itu udang, bandeng, belido, lele, ataupun ikan sepat. Yang jelas saya ingin ikan yang dikembangkan disini adalah ikan khas Sumsel. Utamakan spesies lokal dulu," ujarnya
Lanjut dia, rencananya akan mengembangkan ikan yang saat ini kondisinya hampir punah, seperti Ikan Tengkleso (Ikan Arwana) yang selama ini hanya ditemukan di akuarium sebagai pajangan.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumsel Ekowati Retnaningsih mengatakan, pada tahun 2017 lalu aset tempat pengembangbiakan ikan dan udang air tawar ini diserahterimakan, namun memang sejak saat itu belum pernah ditinjau dan dikunjungi.
Ekowati menambahkan, ada banyak sarana dan prasarana di lokasi tersebut mulai sari rumah pelatihan petani, rumah riset, hingga gedung pembibitan, namun kondisinya memprihatinkan.
"Bahkan rumah riset juga kondisinya sudah tidak layak lagi, namun memang saat kunjungan Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) dan Menteri Kelautan dan Perikanan beberapa waktu lalu, kita segera menyusun road map terkait pengembangan ini," katanya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Muara Enim sebagai lokasi tempat pembudidayaan ikan dan udang air tawar tersebut sangat menyambut baik dan mendukung rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk kembali mengaktifkan fasilitas tersebut.