Kubu Raya - Minimnya intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir, mengakibatkan sejumlah wilayah di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mulai terpantau titik panas (hotspot).
Seperti pada Minggu (14/2), terpantau terjadi kebakaran lahan di desa Sungai Raya Dalam (Serdam) Kecamatan Sungai Raya. Untuk mengantisipasi semakin meluasnya jumlah hotspot akibat kebakaran hutan dan lahan ((arhutla), pemerintah daerah setempat melakukan langkah-langkah terukur dan solusi konkret sehingga karhutla bisa diminimalisir dengan menempatkan bak air tidak jauh dari pembangunan sumur bor.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, perlu dilakukan langkah cepat untuk mengantisipasi karhutla lebih dini dengan pembuatan tempat penampungan air dengan kapasitas minimal empat kubik yang lokasinya tidak jauh dari sumur bor," kata Muda usai menghadiri Rapat Koordinasi Stakeholders Pembangunan Kabupaten Kubu Raya tahun 2021 di ruang Praja Utama aula kantor bupati, Senin (15/2) siang.
Muda menambahkan, kondisi ini bukan hanya risiko kerugian material maupun lahan yang terbakar, namun juga masalah kesehatan warga terutama penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Muda bersyukur, setelah mengetahui terjadinya kebakaran lahan, tim Pemadam kebakaran (Damkar) bersama TNI/Polri, Manggala Agni dan BPBD bergerak dengan cepat memadamkan api di lokasi kebakaran, sehingga kebakaran tidak semakin meluas.
“Saya kira, kerja-kerja kita selama ini sudah ‘kepung bakul’ (keroyokan), yang mana pada hari Minggu kemarin dari tim BPBD ada yang bertugas memantau hotspot di kecamatan Rasau Jaya dan kecamatan Sungai Raya di desa Serdam yang terpantau memiliki dua titik panas," ujarnya.
Muda juga meminta kepada warga yang wilayahnya memiliki lahan gambut untuk membuat tempat penampungan air yang memiliki kapasitas empat kubik yang berdekatan dengan lokasi sumur bor, sehingga ketika lahan itu terbakar, warga tidak terlalu repot untuk menyiram lahan yang terbakar.
“Kalau dibuat bak semen dengan ukuran 4X6 meter itukan jumlah airnya kan sudah empat kubik. Sehingga bak yang dibuat itu harus berdekatan dengan sumor bor sehingga warga tidak akan merasa kesulitan. Kedepannya, setiap perumahan yang memiliki area yang berbatasan dengan lahan gambut, seperti di desa Serdam, Punggur maupun desa Pal IX. Saya juga sudah koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) agar satu diantara syarat lingkungan yang memiliki lahan gambut harus memiliki tempat penampungan air, supaya ada tempat untuk mengambil airnya saat terjadi kebakaran lahan," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala BPBD Kabupaten Kubu Raya Mokhtar mengaku bangga dengan sosok Bupati Muda Mahendrawan yang secara spontan turun langsung meninjau lokasi kebakaran lahan di desa Serdam hari Minggu kemarin. Karena di waktu istriharatnya, bupati menyempatkan diri membantu memadamkan api di lahan yang terbakar. Tentunya hal ini menunjukan rasa tanggung jawabnya sebagai kepala daerah untuk mengamankan wilayahnya dari karhutla.
“Meski sejumlah wilayah di Kubu Raya sudah terpantau titik panas, namun lahan yang terbakar tersebut belum mencapai setengah hektar. Karena titik-titik panas ini disebabkan adanya warga yang membakar tumpakan sampah dan bukan membakar lahan pertanian baru. Alhamdulillah, sampai saat ini masyarakat masih mengikuti anjuran pemerintah dalam membuka lahan pertanian baru," ujarnya.
Mantan Kabag Umum Pemda Kubu Raya itu menuturkan, upaya untuk mencegah terjadinya kembali kebakaran lahan ini, pihaknya secara rutin melakukan patroli di wilayah yang memang rentan terjadinya kebakaran.
“Sampai saat ini Kubu Raya memiliki lima titik panas yang tersebar di 3 kecamatan, diantaranya satu titik di kecamatan Kubu, dua titik di kecamatan Rasau Jaya dan dua titik lainnya berada di kecamatan Sungai Kakap. Sedangkan untuk kecamatan Sungai Raya yang awalnya terdapat dua titik di desa Sungai Raya Dalam, nemun dengan adanya pemadaman Minggu kemarin, saat ini di kecamatan itu sudah zero hotspot, "paparnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Data dan Informasi BMKG Suapdio Pontianak Sutikno mengatakan, berdasarkan satelit yang diolah data Lapan pada hingga hari Senin (15/2) pukul 07.00 pagi, jumlah hotspot di Kalbar sebanyak 8 titik yang tersebar di dua kabupaten dan satu kota diantaranya Kubu Raya lima hotspot, Ketapang dua hotspot dan Kota Pontianak satu hotspot.
“Diperkirakan potensi karhutla dan kabut asap ini masih akan berlangsung hingga satu minggu kedepan, untuk itu kita menghimbau kepada masyarakat yang berada di wilayah Barat Kalimantan Barat seperti di kabupaten Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, kota Pontianak, kabupaten Mempawah, Bengkayang, kota Singkawang, dan kabupaten Sambas, potensi terjadinya karhutla ini masih berlangsung sampai akhir Februari mendatang," kata Sutikno.
Sutikno menuturkan, potensi hujan dengan intensitas rendah diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir bulan Februari mendatang dan diperkirakan potensi hujan dengan intensitas sedang juga masih akan terjadi pada tanggal 19 sampai 20 Februari nanti di sejumlah wilayah di Kalbar diantaranya, kabupaten Ketapang, Koayong Utara, Kubu Raya dan kota Pontianak.
“Untuk wilayah Kalbar bagian tengah dan timur seperti di Kabupaten Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu juga harus tetap mewaspadai potensi terjadinya karhutla, mengingat potensi hujan masih minim terjadi hingga akhir Februari mendatang," ujarnya.