Labuan Bajo - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) memulai program vaksinasi COVID-19 tahap pertama di Puskesmas Kota Labuan Bajo, yang diikuti oleh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Manggarai Barat (Forkompinda), tokoh adat, tokoh agama dan tenaga kesehatan, Rabu (3/2).
Plt Sekda Manggarai Barat Ismail Surdi menjadi orang pertama yang menerima vaksin COVID-19 Sinovac, kemudian diikuti oleh unsur forkopimda diantaranya, Kapolres Mabar, Kajari Mabar, Perwira Penghubung 1612 Ruteng, Perwakilan MUI, Pendeta, Pastor Paroki, ketua IDI dan para dokter dan nakes.
Sekda Mabar Ismail Surdi mengatakan, vaksinasi tahap pertama kepada pejabat esential berjalan lancar, sejak screening petugas puskesmas Labuan Bajo telah melakukan dengan ketat untuk mengetahui kondisi calon penerima vaksin.
"Saya merasa tidak ada keluhan sama sekali. Tidak ada keraguan terhadap keamanan vaksin Sinovac," ucap Sekda Ismail.
Sekda Mabar berharap agar 23 faskes yang akan melakukan kegiatan vaksinasi nanti bisa menyiapkan dengan baik, sehingga proses vaksinasi bisa berjalan lancar.
"Pelaksanaan proses vaksinasi berjalan dengan baik akan menjadi indikator bagi masyarakat dalam melakukan vaksinasi, sehingga secara teknis lakukanlah dengan baik," katanya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Manggarai Barat dan juga salah satu dokter yang menangani COVID-19 William Angliwarman mengatakan, kehadiran vaksin Sinovac di Mabar merupakan langkah awal dan titik terang bagi masyarakat dalam menghadapi pandemi Corona.
"Semoga kedepannya, pelaksanaan vaksinasi ini bisa diterima masyarakat dengan pikiran terbuka dan kesungguhan hati untuk menghadapi wabah COVID-19," ungkapnya.
Dikatakannya, jika semua masyarakat sudah divaksin atau 70 persen capaian vaksinasi ini, maka kita harapkan masa Pandemi COVID-19 di Mabar berakhir, sehingga roda perekonomian, sosial, dan lain sebagaimya bisa berjalan normal.
William menjelaskan bahwa hari ini merupakan suntikan vaksin tahap pertama dan 14 hari kemudian akan disuntikkan lagi untuk mendapatkan daya tahan tubuh yang optimal.
"Khusus vaksin Sinovac kita membutuhkan dua kali suntikan dalam rentan jarak 14 hari, setiap suntikan mengandung dosis 0,5 cc. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daya tahan tubuh yang optimal," ucap ketua IDI Mabar tersebut.
William menegaskan bahwa sebelum penyuntikan vaksin, dilakukan screening secara ketat dengan tujuan untuk mengetahui kontra indikasi, jika kondisi itu terjadi maka pasien akan ditunda atau tidak layak untuk menerima vaksin.
"Pascaimunisasi akan ada kejadian ikutan, bisa ringan, sedang dan berat, sehingga setelah dilakukan vaksinasi, setiap pasien akan dilakukan observasi selama 30 menit, jika tidak ada gejala shok, pasien boleh pulang kerumah dan akan tetap diawasi 3x24 jam," jelasnya.