Kediri - Pelaksanaan program vaksinasi masal dari pemerintah pusat menjadi sebuah titik terang penanganan COVID-19 di Indonesia. Meski demikian, selain vaksin ada sebuah metode medis yang dinilai cukup efektif untuk menekan angka kasus COVID-19, yakni terapi plasma darah konvalesen.
Dilansir dari laman resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (18/1), cara kerja terapi plasma darah konvalesen ini adalah dengan memberikan plasma atau bagian darah yang mengandung antibodi dari orang yang telah sembuh (survivor atau penyintas) kepada pasien yang sakit.
Hal tersebut serupa dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima yang menjelaskan bagaimana cara kerja terapi plasma darah konvalesen.
“Sebenarnya konsepnya hampir sama seperti vaksin, jika vaksin menginjeksikan virus yang sudah dilemahkan ke tubuh dengan harapan tubuh dapat memproduksi antibodi terhadap virus tersebut, begitu juga dengan terapi plasma darah konvalesen ini, namun bedanya untuk terapi plasma darah konvalesen ini menginjeksikan antibodi dari penyintas yang sudah terbentuk kepada penderita, sehingga pasien tersebut memiliki antibodi untuk melawan virus (COVID-19)," jelasnya.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pengakuan dari dr. Ira Widyastuti, Kepala Unit PMI Kota Kediri yang menyatakan pernah merawat pasien Pneumonia dengan metode terapi plasma darah.
“Seseorang yang sudah mendapat plasma darah, tingkat kesembuhannya tinggi, saya pernah menangani pasien dengan Pneumonia berat dan ia melakukan terapi plasma darah konvalesen ini, cukup satu kantong (200 cc), satu hari kemudian kondisinya sudah berangsur membaik bahkan menghilang Pneumonianya," ujarnya.
Kendati demikian, meski telah ditemukan berbagai macam cara untuk menekan kasus COVID-19 melalui pembentukan antibodi, baik melalui vaksin maupun terapi plasma darah, Pemerintah Kota Kediri tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada.
“Protokol kesehatan 3M tetap harus dijalankan, jangan sampai lengah," pungkas Fauzan.