[gallery ids="67847"]
Nabire- Petani jagung di Kampung Wanggar Sari, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua mengeluh lantaran bibit jagung yang diperoleh dari pembagian pemerintah tidak dibarengi dengan pupuk sehingga terkadang gagal panen atau hasilnya tidak memuaskan.
“Kadang kami kecewa, sudah bagus kasih bibit gratis tapi pupuknya tidak, kami harus beli sendiri. Syukur kalau pupuk banyak bisa dapat, kalau langkah sering kelabakan,” ujar Wellem Muyapa, salah seorang petani jagung usai memanen hasil kebunnya. Rabu (13/1).
Menurut petani asli Papua di Kampung Wanggar Sari, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire, ia dan teman seprofesi bahkan pernah gagal panen lantaran kurangnya pupuk serta banjir yang melanda kawasan perkebunan mereka yang tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil panennya.
Ia mengaku untuk sekali panen dari lahan satu hektar jika bibitnya bagus, dibarengi pupuk yang cukup maka hasilnya bisa memperoleh tujuh ton. Bila diuangkan juga tergantung dari harga di pasaran, bisa turun dan bisa naik. Misalnya panen berkurang maka harganyapun naik, sebaliknya kalau panen berlimpah harganya akan turun.
“Harga terendaH untuk satu kilo jagung kering Rp3.000 per kilo dan tertinggi Rp6.000 per kilo. Jujur saja kadang kami merugi,” tuturnya.
Petani lainnya, iman juga mengaku mengalami hal serupa. Pasalnya, pupuk bersunsidi sering tidak kebagian, mau gau mau solusinya adalah pupuk non subsidi walaupun harganya selangit.
“Kadang tidak kebagian pupuk subsidi. Jadi kami beli saja pupuk non subsidi. Jelas itu kalau panen kami akan rugi,” tuturnya.
Keduanya berharap kepada pemerintah setempat untuk memperhatikan persoalan pupuk agar petani tidak kesulitan bahkan harus mengeluarkan duit yang banyak untuk membeli pupuk.(*)