Indramayu – Sejumlah perajin tempe dan tahu di wilayah Indramayu tengah gelisah lantaran harga kedelai perkilogramnya naik selama pekan ini. Tetapi, ketersediaan tempe dipastikan tetap ada di pasar-pasar tradisional Indramayu demi kebutuhan pokok masyarakat.
Hal ini disampaikan, Marca (34) perajin tempe asal Desa Larangan Kecamatan Lohbener Indramayu yang menyebutkan, meski harga kedelai sebagai bahan baku tempe naik perkilogramnya. Namun harga tempe tidak mengalami kenaikan melainkan ukuran tempe terlihat lebih mengecil.
“Memang naik hampir sepekan ini, semisalnya kita membeli kedelai 100 kilogram atau 1 kwintal maka harus mengeluarkan uang Rp992 ribu dan produksi tempe tetap jalan di pasar-pasar,” katanya di Indramayu, Selasa (5/1).
Dengan naiknya harga kedelai, pihaknya tidak serta merta menaikan kembali harga tempe, melainkan mengurangi takaran kedelai ketika sudah menjadi tempe. Hal ini guna meminimalisir terjadinya kerugian selama harga kedelai masih relatif naik.
“Kalau harga tempenya Rp2.500 hingga Rp5.500 maka harganya iya tetap segitu, tidak bisa naik karena pembeli inginya harga tetap. Hanya saja takarannya saja kita kurangi,” tambahnya.
Ia berharap, pemerintah daerah secepat mungkin melakukan intervensi adanya kenaikan harga kedelai di Indramayu. Pasalnya di tengah kondisi pandemi COVID-19 kebutuhan tempe sebagai kebutuhan pokok masyarakat harus tersedia.
“Harus tersedia karena memang tempe dan tahu menjadi konsumsi tetap masyarakat. Semoga pemerintah daerah bisa mengatasi kenaikan harga kedelai ini agar kami tidak mogok produksi tempe,” harapanya.