Manggarai - Pjs Bupati Manggarai Zeth Libing menghadiri Ritus Adat Roko Molas Poco Gendang Lempa di Gendang Lempa, Desa Golo Ropong, Kecamatan Satarmese Barat, Rabu (2/12).
Ritus ini digelar sebagai salah satu tahapan dari sekian proses dalam pembangunan Mbaru Gendang atau Rumah Adat di sebuah kampung atau desa.
Secara umum, Roko Molas Poco terdiri dari tiga kata yakni, Roko berarti memikul bersama, Molas yang berarti cantik atau menawan dan Poco berarti gunung atau hutan.
Secara harafiah tradisi ini diartikan sebagai memikul secara bersama-sama kayu terbaik dari gunung atau hutan. Kayu yang diidentikan sebagai seorang gadis cantik ini kemudian diarak ke Mbaru Gendang, untuk selanjutnya menjalani sejumlah prosesi adat sebelum dipancangkan ditengah Mbaru Gendang sebagai tiang utama penyanggah Rumah Adat tersebut.
Ketua Panitia Pembangunan Mbaru Gendang Lempa, Agustinus Durus, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang telah bersama-sama turut serta membantu proses pembangunan rumah adat ini.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa pembangunan Mbaru Gendang Lempa, merupakan hasil swadaya dari keluarga besar Gendang Lempa serta dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai, baik dari desa maupun dari Perangkat Daerah terkait.
"Khusus dana yang diperoleh dari Pemerintah, kami mengikuti standar prosedur yang ditetapkan pemerintah," tuturnya.
Dalam sambutannya, Pjs Bupati Zeth, menyampaikan apresiasi kepada keluarga besar Gendang Lempa yang telah menyuguhkan ritus adat warisan budaya orang Manggarai.
"Saya merasa sangat berbahagia dan bersukacita karena ini peristiwa pertama saya menyaksikan langsung ritus ini. Saya bertugas dua bulan lebih, nanti hari Sabtu (5/12) berakhir tugas saya. Saya mengikuti acara-acara ritual tapi ritual secara khusus Roko Molas Poco ini baru pertama saya ikuti disini. Karena itu teramat sangat saya berbahagia," tutur Pjs. Bupati Zeth mengawali sambutan.
"Luar biasa karena diakhir-akhir masa jabatan, saya bisa menyaksikan ritual adat ini," ungkapnya.
Nilai-nilai adat, lanjutnya, hendaknya senantiasa diwariskan kepada anak cucu sebagai identitas, ciri khas, dan karakter dari masyarakat Manggarai.
"Ini perlu dilestarikan sampai kapanpun. Contoh, tuturan adat, ini harus dilestarikan. Kalau tidak ada yang mendengar, tidak ada yang belajar, bagaimana bisa melestarikannya. Semua sudah pakai bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jepang. Saya berterima kasih kepada orang tua yang masih mewarisi nilai-nilai budaya kepada kami semua yang masih muda ini," lanjutnya.
Menurutnya, pembangunan suatu daerah harus berjalan beriringan dengan kebudayaan karena nilai budaya merupakan ciri khas dan identitas suatu daerah maupun bangsa. Oleh karena itu, menurutnya, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mendukung pelestarian kebudayaan.
"Pemerintah mendukung penuh pelestarian nilai-nilai adat yang ada di daerah kita tercinta. Nah, Saya sebenarnya melanjutkan program-program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah sebelumnya. Saya datang meneruskan. Karena itu program yang dirumuskan oleh pemerintah ini sangat luar biasa. Membantu pembangunan pemerintah, membantu pembangunan rumah ibadah. Itu luar biasa," tegasnya.
Ia berharap agar proses pembangunan rumah adat ini dalam selesai tepat waktu serta melibatkan semua warga Gendang Lempa.
"Pakai ini (Rumah Gendang) dengan baik. Saya harap semua disini saling dengar-dengar, saling menghormati, gotong royong dalam pembangunan rumah adat ini," pesannya.
Pada kesempatan ini, Pjs Bupati Zeth juga menyumbangkan bahan material bangunan berupa 30 sak semen untuk kemudian dimanfaatkan dalam pembangunan Mbaru Gendang Lempa.
Turut hadir pada ritus ini, Asisten II Setda Kabupaten Manggarai, Kasat Pol PP dan Damkar, Sekertaris DPMD, Camat Satarmese Barat, Unsur Forkopimcam, Kabag Adm. Kesos, Kabag Adm.Perekonomian, Kabag Umum, Pj Kepala Desa Golo Ropong dan jajarannya.