Pangkep – Ritual adat Mappalili, dilaksanakan di kecamatan Labakkang. Sebagaimana pembacaan sejarah Mappalili yang dibacakan Andi Sukri Karaeng Mamma.
Mappalili dalam bahasa bugis berarti menjauhkan hal-hal yang bakal mengganggu atau merusak tanaman padi
Dahulu kala, Mappalili digelar selama tujuh hari tujuh malam. Akan tetapi, karena pertimbangan biaya dan waktu dipersingkat menjadi dua hari dua malam tanpa mengurangi nilai dan maknanya.
Mappalili atau komando turun sawah, adalah suatu upacara ritual adat masyarakat Labakkang yang masih dipertahankan hingga sekarang yang dilaksanakan di Balla Lompoa atau Bola Arajang.
Dahulu kala, Karaeng Labakkang dalam upacara ritual adat Mappalili didampingi oleh 25 pemangku adat dan dua anrong guru.
Mappalili, didahului dengan A’tudang sipulung. A’tudang sipulung membahas terkait teknis, baik jadwal turun sawah, hambur dan tanam. Termasuk musyawarah memadukan tehnis pertanian dan sistem budaya yang ada di Pinati.
Pagi harinya, mulai dari rumah adat sampai tanah adat serangkaian kegiatan digelar sebagai penanda komando turun sawah.
Camat Labakkang Abd Haris menjelaskan Mappalili ini adat budaya leluhur jaman dahulu. Setiap menjelang musim gaduh, harus melalui sejumlah proses.
“Mulai dari jadwal turun sawah, hampur dan jadwal tanam. Pada malam hari H, ada istilah A’tudang Sipulung. Membahas masalah tehnis dari pertanian Termasuk musyawarah memadukan tehnis pertanian dan sistem budaya yang ada di Pinati,” katanya Selasa (24/11)
Pagi harinya, mulai dari rumah adat sampai tanah adat serangkaian kegiatan digelar sebagai penanda komando turun sawah.
Harapannya, melalui Mappalili ini agar hasil yang diperoleh lebih baik lagi.
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid yang diwakili oleh kepala dinas Pariswisata dan Kebudayaan Ahmad Djamaan, Dandim 1421 Pangkep Letkol Infantri Adi Sabaruddin, Kapolres Pangkep AKBP Endon Nurcahyo, Camat Labakkang dan sejumlah tokoh adat. (Mcpangkajene)