Labuan Bajo - Kepala Pusat Penelitian dan Pengambangan Kementerian Kesehatan Doddy Izwardi bersama Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena, Presdir PT Roche Indonesia AitAllah Mejri, meresmikan Stunting Center of Excellence (CoE) di Puskesmas Labuan Bajo Manggarai Barat, NTT, Senin (24/11).
Peresmian Stunting CoE tersebut juga disaksikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat Paulus Mami, Kepala BP4D Fransiskus S Sodo, Kepala Puskesmas Labuan Bajo Paulus Vincent, Lucia Erniawati Zack Petersen.
Doddy Izwardi, dalam sambutanya mengatakan Pemerintah saat ini fokus untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui upaya-upaya pencegahan termasuk melalui perubahan kebijakan, dan melakukan investasi dalam bentuk pengadaan alat dan pelatihan guna merealisasikan sasaran nasional penurunan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024.
Dijelaskannya, saat ini angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat tinggi, yaitu 43%.
"Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, yang memuat 5 pilar yaitu: Komitmen dan Visi Kepemimpinan, Kampanye Nasional dan Perubahan Perilaku, Konvergensi, Koordinasi dan Konsolidasi Program Pusat, Daerah dan Desa, Ketahanan Pangan dan Gizi, dan Pemantauan dan Evaluasi," ungkap Doddy.
Doddy mengatakan, program kunjungan beberapa hari ini disiapkan untuk mendukung upaya-upaya perubahan terkait stunting yang telah dicanangkan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan, untuk mengerahkan solusi yang terjangkau dan serta memperkuat basis desa guna meningkatkan luaran kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu dan rawan terdampak.
"Pemerintah memprioritaskan 160 kabupaten yang menjadi sasaran strategi nastional. Dampak Stunting Center of Excellence yang berada di Labuan Bajo, yang merupakan jantung dari Kabupaten Manggarai Barat, yang merupakan salah satu kabupaten dengan prioritas tertinggi," katanya.
Sementara itu, Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula saat membuka pelatihan mengatakan berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita pada bulan Agustus 2020 di Kabupaten Manggarai Barat melalui aplikasi EPPGBM secara by name by address dari sasaran balita sebesar 22.850 anak balita, dengan jumlah balita yang diukur antropometri sebanyak 21.928 (95,96%) dan didapatkan prevalensi angka stunting pada balita sebesar 17,3 % (3.788 anak), sedangkan prevalensi stunting baduta (dibawah dua tahun) sebesar 13,48 % (1.259 anak).
Kemudian prevalensi stunting ini menurun dari penimbangan bulan Februari 2020 sebesar 19,1% (4.040 balita) dan 16,05 % (1.479 Baduta) pada baduta dengan jumlah balita yang diukur sebanyak 23.384 balita (100%) dibandingkan prevalensi stunting 19,6 % pada balita dan 15,39 % pada baduta tahun 2019 (sumber data e-PPGBM di unduh tanggal 21 November 2020)
Bupati Gusti menjelaskan, dari 164 desa dan 5 kelurahan di 12 kecamatan Kabupaten Manggarai Barat, prevalensi stunting pada balita ada 73 desa/kelurahan (43,20%) di atas 20% atau berada di atas batas kategori aman ( ≥ 20% kronis)
"ini berarti ada 43,20% yang memiliki masalah kesehatan masyarakat, namun tetap juga diwaspadai desa dengan kategori sedang dengan prevalensi 10-20% sebanyak 38 desa (22,49%), kategori ringan dengan prevalensi 5-10% sebanyak 26 desa (15,38%) dan kategori sangat ringan sebanyak 32 desa (18,93%) karena data e-PPGBM bersifat dinamis," ungkap Bupati Gusti
Lebih lanjut Bupati Gusti menjelaskan, faktor determinan penyebab stunting dapat dianalisa dari tindakan atau intervensi yang akan dilakukan oleh puskesmas dan intervensi sensitif oleh OPD terkait.
"Adapun faktor determinannya dari balita yang bermasalah gizi adalah 317 balita tidak memiliki Jaminan Kesehatan, 25 balita tidak ada air bersih, 89 balita pernah mengalami kecacingan, 59 balita tidak mempunyai jamban sehat, 7 balita belum Imunisasi lengkap, 560 anggota rumah tangga balita masih merokok, 149 ibu balita sewaktu hamil KEK, dan 17 balita yang bermasalah gizi mempunyai penyakit penyerta," jelas bupati dua periode tersebut.
Kemudian lanjut Bupati Gusti, dmfaktor deteriminan tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena terdapat beberapa puskesmas yang tidak melakukan pendataan factor determinan.
Bupati menegaskan, gambaran realita di atas, menunjukkan masih banyak hal yang perlu kita benahi. Kegiatan pelatihan pada hari ini sebagai salah satu langkah dalam mengatasi penyebab stunting terkait peningkatan kapasitas petugas kesehatan.
"Terima kasih kepada Yayasan Seribu Cita Bangsa yang menginisiasi kegiatan ini. Kegiatan ini melengkapi kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Pada kesempatan ini saya mengajak petugas yang mengikuti pelatihan ini untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh kegiatan ini. Semoga semua usaha dan niat luhur kita dalam mewujudkan upaya penurunan stunting di Kabupaten Manggarai Barat bisa diwujudkan," harap Bupati Gusti.
Sementara itu, perwakilan dari Roche Indonesia Lucia Erniawati menjelaska, keterlibatan media dalam prorgam ini akan berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran mengenai bagaimana pelatihan dan penggunaan sarana/ alat yang terjangkau dan terukur dapat memberikan dampak yang berkelanjutan.
Lucia menjelaskan, Roche dan 1000 Days Fund berkomitment untuk mengembangkan dan menyampaikan solusi yang terjangkau dan terukur di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diharapkan nantinya dapat dikembangkan di daerah lain juga.
"Kegiatan kami disiapkan untuk menghasilkan suatu peta jalan untuk sebuah pendekatan multi-sektoral yang komprehensif, untuk pencegatan stunting melalui kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait," katanya.
Impact Stunting Center of Excellence ini berfungsi sebagai sebuah pusat pelatihan dimana para bidan dan petugas kesehatan masyarakat yang telah diseleksi akan dilatih dan diberi alat ajar berbasis bukti sebelum mereka kembali ke pusat layanan kesehatan dan rumah sakit tempat mereka bekerja, untuk memberi pelatihan, membagikan pengetahuan, alat dan teknologi secara langsung kepada para relawan kesehatan desa dan masyarakat.
"Tujuan dari CoE ini adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan dan bukti dalam tindakan nyata di lapangan guna mendukung upaya pencegahan stunting. Pendekatannya secara keseluruhan adalah dengan memberi informasi, melibatkan dan melengkapi petugas nakes dan kader dengan alat yang praktis untuk dapat mencegah stunting secara efektif," jelasnya.
Bersama Roche dan dengan melibatkan pemerintah setempat, 1000 Days Fund menerapkan pengalaman lapangan, bukti dan cara terbaik dalam mengintegrasikan Puskesmas, Posyandu dan Kader untuk memperkuat upaya pencegahan stunting di garis terdepan.
"Strategi kami adalah memperkuat relasi dengan para pemangku kepentingan utama serta memberikan solusi berbasis bukti kepada masyarakat yang paling rawan terdampak di bagian Timur Indonesia. Secara bersamasama, ini merupakan suatu upaya terarah untuk perbaikan dari sisi supply and demand dengan potensi dampak yang signifikan dalam jangka pendek," ucapnya.
Lucia menegaskan, Impact Stunting Center of Excellence ini berperan sebagai pusat teknologi —Testing dan distribusi alat bantu baru dan inovatif untuk pencegahan stunting. CoE ini juga menyediakan ruang fisik bagi para peneliti untuk menterjemahkan temuan-temuan mereka menjadi solusi di lapangan.
Keterampilan Bidan dan para petugas kesehatan di garda terdepan dari seluruh propinsi mendapatkan pelatihan yang inovatif dan kesempatan berbagi serta penguatan sistem para pembuat kebijakan dan influencer dapat menjadikan CoE sebagai wadah pembelajaran stunting, pemberdayaan perempuan, distribusi Dana Desa dan transparansi data.