Labuan Bajo - Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong masyarakat dan pelaku UMKM di Labuan Bajo, NTT, kreatif dan inovatif menghasilkan produk daya tarik wisata melalui program aksilarasi.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam, Rabu, mengatakan pihaknya menggagas program aksilarasi sebagai akronim dari aksi, selaras, dan sinergi yang merupakan sebuah program pendampingan yang mementingkan keterhubungan pemerintah pusat dan daerah.
“Kerja sama antara pelaku kreatif berbasis urban, digital, dan akademik dengan pelaku kreatif di wilayah destinasi yang berbasis tradisi, rural, dan komunal,” katanya.
Aksilarasi juga merupakan program pendampingan penciptaan produk kreatif di destinasi super prioritas yang menghubungkan pusat dengan daerah, pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menciptakan ekonomi kreatif berkelanjutan.
Secara umum, program tersebut dilaksanakan di beberapa destinasi prioritas dan super prioritas seperti Labuan Bajo (Manggarai Barat), Mandalika (Lombok), Danau Toba (Sumatera Sumatera Utara), dan Likupang (Sulawesi Utara).
Labuan Bajo dipilih menjadi lokus kegiatan tersebut karena Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas.
Demikian pula Labuan Bajo dianggap memiliki keunggulan sebagai pintu gerbang menuju kawasan Taman Nasional Komodo yang memiliki dua status level dunia, yaitu sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dan Man Biosphere Reserve (Cagar Biosfer).
Selain itu, Labuan Bajo yang dikenal sebagai Labuhan Bangsa-Bangsa di Manggarai Barat ini memiliki keragaman budaya, kekayaan seni tradisi, dan komunitas kreatif yang mendukung pelestarian baik alam maupun budaya.
Tahapan program inkubasi karya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dilaksanakan pada 1 hingga 20 November 2020, dan kegiatan aksilarasi diakhiri dengan kegiatan uji publik pada 19 November 2020 sebagai bentuk perayaan kerja kreatif seniman, artisan, penggiat literasi. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment).
Program yang digagas oleh Direktorat Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan ini juga didukung oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Kemenparekraf/Baparekraf mengambil tema besar “Merawat Ingatan Merayakan Peradaban”. Program ini berupaya merespon keberadaan komunitas/masyarakat dan identitas sejarah budayanya dalam menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Program ini akan dilaksanakan selama 5 tahun dengan tahapan per tahun yang telah direncanakan dengan proses pendampingan terhadap komunitas/kelompok/masyarakat.
Muhammad Neil El Hilman menegaskan dengan pendampingan pada empat subsektor ekraf akan mendukung terciptanya tata kelola usaha kreatif yang mumpuni dan terinstitusi di kawasan DP/DSP, baik formal maupun informal, dari hulu hingga hilir.
Selain itu ia juga menyampaikan bahwa dari program kolaborasi ini diharapkan akan tercipta produk kreatif pendukung pariwisata kawasan Destinasi Prioritas/Destinasi Super Prioritas yang terintegrasi dalam menciptakan pengalaman wisata yang khas, sehingga akan meningkatnya jumlah wisatawan, baik kunjungan perdana maupun kunjungan berulang.
Progam Aksilarasi di Labuan Bajo Manggarai Barat ini melibatkan 195 peserta yang berasal mayoritas dari warga Labuan Bajo, komunitas yang tinggal di Kabupaten Manggarai Barat dan juga beberapa seniman/artisan yang berasal dari wilayah kabupaten lain di Flores dan terbagi dalam 4 subsektor.
Para pendamping tim kreatif meliputi subsektor musik oleh Ivan Nestorman; subsektor seni pertunjukan tari didampingi oleh Anti Yank, Jecko Siompo, Bambang Prihadi; subsektor seni rupa didampingi oleh Heri Pemad, Elia Nurvista, Hendra Hehe; dan subsektor penerbitan didampingi oleh Windy Ariestanty dan Dicky Senda.