Indramayu - Gencarkan upaya menuju 3 Zero AIDS tahun 2030, Zero New infection, Zero Aids Related Death, dan Zero Discrimination, Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Indramayu melakukan rapat koordinasi yang dihadiri stakeholder terkait di Ruang Ki Sidum Setda kabupaten Indramayu, Rabu (18/11).
Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra Setda kabupaten Indramayu, Maman Koestaman, saat membuka kegiatan itu menjelaskan pentingnya menekan penyebaran dan pertumbuhan angka pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Indramayu.
Beberapa hal penting terkait HIV/AIDS harus menjadi perhatian seluruh stakeholder.
Menurut Maman, seluruh stakeholder harus menaruh perhatian juga komitmen bersama dalam mencegah tingginya kasus HIV-AIDS di Indramayu.
"Diperlukan kerjasama dari semua stakeholder untuk bisa mencapai angka nol penyebaran dan penambahan kasus HIV-AIDS," katanya.
Maman menyebut, salah satu bentuk kerjasama dapat dilakukan dengan Kementerian Agama yang dalam hal ini menggandeng Kantor Urusan Agama (KUA). "Perlu adanya upaya mensosialisasikan bahaya HIV-AIDS kepada pasangan yang akan menikah. Dalam hal ini KUA dapat memainkan perannya," katanya.
Maman menyebut, pertama kali kasus HIV-AIDS di Indramayu ditemukan pada tahun 1993. Dari tahun itu sampai sekarang terus bertambah setiap tahunnya. Sampai tahun 2020, tercatat 3.920 penderita HIV AIDS di Indramayu.
Jumlah ini, jelas Maman, membuat Indramayu menempati urutan ketiga tertinggi penderita HIV-AIDS di Jawa Barat setelah Kota Bandung di posisi pertama dan Kabupaten Bekasi di posisi kedua.
"Ini miris buat kita. Dibandingkan dengan Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi yang berpenduduk di atas 3 juta, Indramayu yang berpenduduk sekitar 1,7 jt malah menempati posisi ketiga," ungkapnya.
(Ainul Yaqien/Dedy/Diskominfo Indramayu)