Kupang - Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, memastikan tidak melakukan lockdown dalam mencegah penyebaran COVID-19 karena laju inflasi di daerah ini sangat rendah.
"Kami pastikan tidak ada kebijakan lockdown dalam mencegah penyebaran COVID-19, karena dampak ekonominya kepada masyarakat sangat besar," kata Hermanus Man ketika dihubungi, Selasa (10/11).
Herman mengatakan, laju inflasi yang rendah di ibu kota provinsi NTT itu sangat terasa selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Menurut dia, perekonomian secara nasional saat ini sedang dalam masa resesi yang artinya pertumbuhan ekonomi dalam level negatif dan Kota Kupang turut terkena dampaknya.
"Kuartal ketiga di Kota Kupang, laju inflasi kita rendah sekali, bahkan deflasi. Harga mengalami penurunan. Ini menandakan bahwa permintaan berkurang karena tidak ada yang membeli maka tidak terjadi transaksi sehingga berdampak pada minimnya kenaikan harga," kata Herman.
Dia menjelaskan, salah satu alasan mengapa Pemerintah Kota Kupang tidak menerapkan lockdwon pertimbang dampak ekonomi terhadap masyarakat.
Menurutnya, walaupun kasus COVID-19 di Kota Kupang cendrung bertambah dari transmisi lokal namun tidak akan diikuti dengan melakukan lockdown.
"Lockdown bukan hanya membuat pertumbuhan ekonomi menjadi negatif tetapi lumpuh total, karena membuat masyarakat tidak bisa keluar rumah dan hanya berdiam di tempat, toko-toko tutup bahkan mungkin pasar tradisional akan tutup," tegas Herman.
Karena itu kata dia, Pemerintah Kota Kupang mengambil langkah penerapan protokol kesehatan secara ketat bagi seluruh warga masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19 disertai langkah-langkah pembenahan ekonomi sebagai upaya meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kupang menyebutkan, jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Kota Kupang, hingga Senin (9/11) tercatat 225 kasus dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 114 orang.
Sementara pasien COVID-19 yang sedang dalam perawatan medis mencapai 104 orang dan tujuh orang meninggal dunia akibat paparan COVID-19.