Muara Teweh - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, melakukan uji beban (loading test) Jembatan yang melintasi Sungai Barito menghubungkan Muara Teweh menuju Kelurahan Jingah dan Jambu Kecamatan Teweh Baru.
"Loading test ini dilaksanakan untuk menjawab kepercayaan dari masyarakat bahwa jembatan mampu dilewati beban berat, sehingga nanti ada kepercayaan dari masyarakat apakah jembatan ini bisa dilintasi kendaraan berat atau tidak," kata Bupati Barito Utara Nadalsyah saat menghadiri uji beban jembatan di Muara Teweh, Sabtu (24/10).
Menurut dia, hari ini adalah salah satu pengujian akhirnya. Jembatan yang dibangun ini dulunya hanya untuk pejalan kaki saja, akan tetapi ada perubahan dan perencanaan.
Jembatan merupakan jembatan tipe C dengan beban maksimal 110 ton. Rugi bilamana jembatan yang menggunakan rangka baja ini hanya digunakan oleh pejalan kaki.
"Meskipun lolos dari uji beban, kami akan membuat Peraturan Bupati (Perbup) bahwa yang melintasi jembatan adalah kendaraan roda 2 dan 4. Terkecuali ada hal-hal secara khusus atau mendesak dapat dilewati oleh kendaraan roda 6 atau dump truck," tegas Nadalsyah.
Jembatan ini merupakan salah satu ikon Barito Utara yang mengintegrasikan di Jalan Panglima Batur atau kawasan Water Front City (WFC) ke Kelurahan Jingah dan Jambu untuk nantinya wisata religius ke Islamic Center .
Uji beban jembatan kebanggaan masyarakat dan salah satu ikon Kabupaten Barito Utara ini selain dihadiri Bupati Barito Utara Nadalsyah, juga Sekretaris Daerah setempat Jainal Abidin dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kalteng Shalahudin.
Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara Rody menambahkan dalam uji beban jembatan ini sekaligus menepis anggapan bahwa jembatan ini dulunya untuk pedestrian (untuk pejalan kaki) namun sewaktu-waktu bisa digunakan dengan beban berat. Jadi beban rencana sebetulnya adalah 110 ton.
Dalam uji beban jembatan ini menggunakan dum truck 13 unit, satu unit dum truck berkapasitas 8,5 ton.
"Kegiatan uji coba jembatan ini sudah dilakukan pada Rabu (21/10) dan mudah-mudah hari ini bisa selesai," kata Rody.
Jembatan konstruksi rangka baja lengkung dan beton sepanjang sekitar 332 meter, lebar 5 meter serta bentang tengah jembatan 220 meter ini dikerjakan selama empat tahap (dari tahap I sampai V) sebesar Rp103,8 miliar yakni dari APBD Kabupaten Barito Utara sebesar Rp73,9 miliar atau 71,21 persen sedangkan dana bantuan Provinsi Kalteng Rp29,9 miliar atau 28,79 persen.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalteng Shalahudin mengatakan pembangunan jembatan ini dilaksanakan mulai dari 2015 yang bersumber dari dana alokasi umum (DAU) Kabupaten Barito Utara, yang didahului dengan tiang pancang.
"Dalam pembangunan jembatan Muara Teweh-Jingah ini, saya mengikuti dari awal. Dan bentang tengahnya ini lebih dari 100-120 meter. Dalam pembangunan jembatan harus ada izin dari Komisi Keamanan Jembatan,” kata dia.
Waktu itu, katanya, dirinya bersama Kabid Bina Marga Rody melakukan konsultasi ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jendral Bina Marga di Jakarta terkait izin pembangunan jembatan penyeberangan tersebut.
"Alhamdulillah saat itu, mereka mengawal kita sampai perencanaan selesai. Untuk bangunan bawah dikerjakan melalui dana DAU kabupaten, kemudian ditengah-tengah Provinsi Kalteng membantu pengadaan rangka baja, dan pemasangan di kerjakan oleh Kabupaten Barito Utara," ucapnya.
Jadi, jelasnya, yang dibantu oleh pihak Pemprov Kalteng sebesar Rp30 miliar, dari total Rp103,8 milyar. Namun teknis pihaknya (Dinas PU Kalteng) selalu memonitor pembangunan jembatan Muara Teweh-Jingah ini.
"Alhamdulillah, sebelum jembatan difungsikan harus dilakukan loading test terlebih dahulu. Kita melihat kekuatan struktur daripada jembatan, dan dilihat juga dari beban dinamisnya, beban statis ketika jembatan itu diletakan beban tetap bagai mana reaksinya, ada beban bergerak, beban terkejut juga dilakukan uji coba," kata Shalahudin.