Labuan Bajo - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendukung inisatif Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo dan mengajak semua pihak untuk ikut menjaga keindahan dan kelestarian alam di wilayah tersebut.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya menyatakan, pemerintah mendukung penuh partisipasi para penggagas konversi sampah menjadi material yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungannya.
"Pemerintah menghargai setinggi-tingginya mereka yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah menjadi salah satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi," kata Menteri Siti Nurbaya dalam sambutannya melalui video confrence di Hotel Jayakarta, Rabu (7/10).
Menteri KLHK menegaskan, pemerintah akan selalu mendukung semua pihak penyelenggara ekonomi sirkulasi dari sampah ini, terutama sampah plastik, yang sering dituding sebagai material pencemar lingkungan.
"Kementerian LHK mengucapkan terimakasih, khususnya untuk PT Tirta Fresindo Jaya yang tidak hanya berproduksi dengan menggunakan bahan plastik, namun juga berinovasi memperlihatkan rasa tanggung jawabnya dengan beragam inisiatif, khususnya tentang pengelolaan serta pemanfaatan sampah plastik,” ungkap Menteri Siti.
Setelah berpartisipasi pada acara World Cleanup Day September lalu, Le Minerale memulai langkah strategis berikutnya dengan mendukung pengelolaan sampah plastik di Pulau Komodo. Dalam Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo, Le Minerale bekerja sama dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
Le Minerale bekerjasama dengan IWP dan ADUPI menginisiasi gerakan mengumpulkan, memilah, dan mengolah sampah plastik dari Pulau Komodo menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi, dan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
IWP bertugas melakukan edukasi kepada masyarakat Pulau Komodo, serta mengumpulkan dan memilah sampah plastik. Sedangkan ADUPI berperan dalam pengolahan sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.
Sementara itu, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya, Ronald Atmadja, mengatakan,
Le Minerale memiliki komitmen tinggi mendukung upaya pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik.
"Saat ini kami sedang menyusun road map sustainability plastik. Mulai dari bahan baku sampai sampah akan dikelola dengan baik dan mendukung kelestarian lingkungan. Botol dan galon Le Minerale terbuat dari plastik PET yang dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan. Le Minerale bersama KLHK sedang intens menjalin kerja sama untuk bergerak bersama,” kata Ronald.
Dirinya berharap dengan kerja sama ini permasalahan sampah plastik di Pulau Komodo mendapat solusi terbaik dan masyarakat pun mendapat nilai tambah. Dengan menjaga lingkungan, ekonomi masyarakat dari sektor pariwisata juga terjaga.
Di tempat yang sama, Ketua Umum ADUPI Christine Halim menyoroti paradigma masyarakat seringkali kurang tepat. Plastik PET seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan yang paling ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, karena paling mudah di daur ulang.
Dijelaskannya, sampah plastik PET harus dilihat dan diperlakukan sebagai bahan baku, bukan sebagai sampah yang tidak bernilai. Industri daur ulang memerlukan sampah plastik dalam jumlah besar, terutama jenis PET dengan kode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai.
Christin menegaskan, karena harganya mahal, sampah plastik PET menjadi rebutan para pemulung dan sulit ditemukan di tempat pembuangan akhir.
"Plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang. Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dacron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing," jelas Christin
Ia mengatakan, plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi. Tren permintaan ekspornya terus naik. Karena itu kami menghimbau masyarakat melakukan pemilahan sampah dari rumah, bekerja sama dengan bank sampah atau petugas pemilahan sampah, agar plastik tersebut menjadi sumber ekonomi berkelanjutan.
Christin mengatakan bahwa ADUPI akan memastikan bahwa plastik jenis PET berkode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai, menjadi incaran pemulung karena harga jualnya yang tinggi.
Sementara itu, Sustainability Manager Le Minerale Febri Hutama menjelaskan erja sama ini akan terus membesar dan bekerja sinergis, bukan hanya mengelola plastik sampah kemasan Le Minerale tapi juga merek-merek lain.
Lebih lanjut, Febri menilai dengan pendekatan ekonomi sirkular, sampah plastik yang semula kita pandang sebagai masalah justru mendatangkan rejeki dan berkah.
"Karena selain menjaga lingkungan, dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat,” imbuh Febri
Sementara itu, Koordinator IWP Ica Marta Muslin menyatakan, dirinya mewakili IWP dan masyarakat Pulau Komodo, mengucapkan terima kasih atas dukungan Le Minerale terkait Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo.
"Kami optimistis dapat melindungi aset pariwisata kami sekaligus mendapatkan tambahan finansial dari pengelolaan sampah,” ucapnya.