Kediri - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menggelar peringatan Hari Batik Nasional Tahun 2020.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar didampingi Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar berkunjung ke salah satu gerai batik milik Nunung Wiwin Ariyanti, owner Numansa Batik di Kelurahan Dermo.
Di sana, walikota Kediri bersama ketua Dekranasda Kota Kediri melihat anak-anak yang belajar mencanting mengikuti pola di masker.
Selain itu, Mas Abu dan Bunda Fey, sapaan akrab kefuanya juga melihat produk-produk batik kustom batik tulis dan batik cap yang dipajang. Diantara berbagai corak batik, ada beberapa yang menarik perhatian Bunda Fey, salah satunya corak batik cap yang proses pembuatannya langsung menggunakan daun asli.
Dalam kunjungan tersebut, walikota Kediri dan ketua Dekranasda Kota Kediri juga memberikan cinderamata untuk anak-anak agar semakin termotivasi untuk berkreasi.
Ditemui usai kegiatan, Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar mengajak masyarakat setempat untuk lebih mengenal batik lokal asli Kota Kediri.
“Di hari batik nasional mari kita peringati dengan berbelanja batik asli dari wilayah kita sendiri, yaitu wilayah Kota Kediri, karena dengan membeli batik yang asli yang benar-benar di gambar bukan printing kita mendukung karya mereka, ada nilai yang terkandung di dalamnya,” jelasnya.
Ditambahkannya, perkembangan batik di Kota Kediri terus bertambah. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kediri, ada 30 merk batik yang tersebar di seluruh kelurahan, di antaranya di Dermo, Mrican, Dandangan, Rejomulyo dan lain-lain.
Selain itu, ketua Dekranasda Kota Kediri berharap ke depan akan ada regenerasi dari kaum muda yang menekuni batik.
"Kediri khasnya itu dengan batik-batik yang motifnya ringan, enteng, bukan yang 'njlimet' seperti Solo dan Jogja. Kita mengapresiasi batik mereka, karena motif-motif yang ada dari lingkungan kita.
"Untuk regenerasi, ini Mbak Nunung sendiri dia memanfaatkan mayoritas ibu-ibu, belum ada yang muda-muda. Harapan saya nanti anak turunnya nanti mau lah mengikuti jejak orang tuanya,” ujarnya.
Sementara itu, Plt Kepala Disperdagin Kota Kediri Nur Muhyar menuturkan, pada peringatan Hari Batik Nasional sebelum pandemi, para perajin berkreasi dengan membagi-bagi suvenir di simpang-simpang jalan, atau mencanting bersama di taman. Namun karena pandemi, kegiatan itu tidak memungkinkan untuk dilakukan.
“Jadi sebagai penanda Hari Batik Nasional, bapak walikota dan ketua Dekranasda Kota Kediri berkenan untuk mengunjungi salah satu pelaku usaha batik. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih menekankan kecintaan pada batik sejak dini,” ungkapnya.
Nur Muhyar juga menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Kediri untuk para pelaku usaha batik di Kota Kediri diantaranya mendorong pengrajin batik sejak 10 tahun terakhir dengan Perwali Nomor 15 Tahun 2016 yaitu setiap Selasa harus berbatik.
“Kita juga pernah memagangkan para pelaku batik ke Jogja selama sepekan untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka. Kita juga fasilitasi batik mark untuk pelaku batik sebagai penanda itu merupakan batik asli Indonesia, batik nusantara dari Kemenperin. Dan saat ini jumlah pengrajin ada 30, tapi untuk sentra berada di Kelurahan Dermo dan Dandangan dengan peminat yang terus meningkat bahkan sampai luar kota,” tandasnya.
Nur Muhyar berharap pada Hari Batik Nasional ini para perajin lebih inovatif dan mengeksplorasi motif-motif yang menampilkan kerifan lokal.
“Banyak sekali potensi yang mungkin perlu diangkat lagi, misalkan tentang sejarah panji, kemudian potensi lokal yang lain seperti Goa Selomangleng. Ada motif kuda lumping, motif gethuk pisang, motif tahu, motif topeng panji sudah muncul itu kita harapkan lebih kreatif lagi menampilkan motif-motif baru supaya konsumen tidak bosan, jadi tetap ada dinamikanya,” urainya.
Dalam kesempatan yang sama, owner Numansa Batik Kediri Nunung Wiwin Ariyanti menceritakan awal mulanya menekuni batik dan produk yang menjadi unggulannya sekarang.
“Untuk batik sendiri mulai 2014 saya belajar sampai saat ini dan masyarakat juga semakin banyak gregetnya untuk belajar batik. Seperti di sekitar Dermo sendiri banyak masyarakat yang ingin belajar membatik. Numansa batik memproduksi produk unggulan yaitu batik kustom, jadi batik yang terpola. Kita ukur pola badan konsumen, baru nanti kita buat polanya, lalu kita desainkan motifnya sesuai dengan keinginan mereka. Setelah itu baru ke proses selanjutnya. Saya mulai terinspirasi membuat batik kustom itu sejak mendapat kesempatan dari Bank Indonesia untuk sekolah desain di Susan Budihardjo. Semenjak itu saya menerapkan sistem batik kustom mulai tahun 2015-2016,” jelasnya.
Hadir pula dalam kegiatan tersebut Camat Mojoroto Mohammad Ridwan dan Lurah Dermo Ahmad Zainudin.