Mataram - Wali Kota Mataram, Ahyar Abduh yang didampingi oleh Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Kota Mataram, Lalu Martawang memimpin langsung Rapat Koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram, Rabu (8/5) di Ruang Kenari Kantor Wali Kota Mataram.
Rakor TPID ini dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia (BI) NTB Achris Sarwani, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Suntono, dan seluruh anggota TPID Kota Mataram.
Wali Kota Mataram sekaligus Ketua TPID Kota Mataram, Ahyar Abduh menjelaskan bahwa rakor TPID ini penting dan strategis maknanya, bukan hanya bagi Kota Mataram akan tetapi juga bagi NTB.
Pagi harinya sebelum Rakor TPID Kota Mataram, Ahyar Abduh meninjau Pasar Induk Mandalika bersama dengan anggota Tim TPID Kota Mataram. Menurutnya, di Pasar Induk Mandalika memang beberapa bahan pokok mengalami fluktuasi, misalnya harga bawang putih yang kemarin sampai Rp80 ribu, sekarang harganya tinggal Rp40 ribu. Hal tersebut, menurutnya dikarenakan adanya stok yang belum masuk.
"Walaupun ini sangat menggembirakan kita semua karena harga sudah stabil hampir di seluruh bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat, tapi kita tidak boleh diam, dan harus 'jago-jagoan' dengan pihak pasar," ucapnya.
Ahyar berharap dengan digelarnya rakor ini bisa menghasilkan sikap, langkah, dan tindakan-tindakan untuk bisa memberikan stabilitas harga, khususnya demi menekan laju inflasi.
Adapun berdasarkan hasil laporan dari Kepala BI NTB Achris Sarwani, diketahui inflasi Kota Mataram pada tahun 2018 sebesar 3,15 persen atau lebih rendah dibanding Provinsi NTB. Sementara, pada tahun 2019 sampai dengan April, inflasi Kota Mataram sebesar 0,33 persen.
Sumber utama inflasi Kota Mataram pada April disebabkan oleh peningkatan harga komoditi pangan seperti tomat sayur, bawang merah, bawang putih, batu bata, dan tarif angkutan udara.
"Yang paling penting adalah ketersediaan pasokannya, kalau masalah harga bisa menyesuaikan," jelas Kepala BI NTB.
Menurut Achris, permasalahan stok pangan jangan sampai ada yang mempermainkan, pemerintah harus melakukan sesuatu terhadap hal-hal yang dapat merugikan konsumen.
Sementara itu, menurut Kepala BPS Provinsi NTB, Suntono, secara umum untuk kondisi di NTB maupun Kota Mataram sangat terkendali.
Suntono mengatakan, pekerjaan rumah Kota Mataram untuk saat ini adalah inflasi pada kelompok bahan makanan yang masih tinggi. Biasanya penyumbang inflasi yang paling tinggi adalah beras, namun di tahun ini karena adanya panen raya maka harga beras turun.
Di akhir pertemuan, Plh Sekda Kota Mataram, Lalu Martawang yang juga menjabat sebagai Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Mataram menjelaskan empat tindakan yang harus dilakukan untuk mengendalikan inflasi selama Ramadhan yaitu, pertama diperlukan adanya pertemuan dengan para distributor. Kedua, menyiapkan operasi pasar dengan sasaran yang pasti. Ketiga, sebelum Lebaran nanti perlu diadakan sidak lapangan yang melibatkan seluruh stakeholder, dan yang terakhir adalah membentuk opini masyarakat untuk tidak panik.
"Masyarakat tidak perlu panik dalam masalah sembako, baik itu masalah ketersediaannya maupun masalah harganya," ujarnya.