Denpasar - Delegasi Global Water Partnership Southeast Asia (GWP-SEA) mengunjungi area Tukad Bindu, Kota Denpasar, Bali pada Senin (9/10). Kunjungan ini untuk mempelajari tentang penerapan pengelolaan sumber daya air terpadu.
Dipimpin oleh Koordinator Regional GWP-SEA (Kemitraan Air Global Asia Tenggara) Fany Wedahuditama, para delegasi yang berasal dari Laos, Malaysia, Vietnam, Filipina, Kamboja, Thailand, serta Indonesia tersebut berkesempatan untuk melihat secara langsung lokasi area Tukad Bindu, serta terlibat dalam diskusi mengenai pengelolaan dengan pengelola Tukad Bindu yang tergabung dalam Komunitas Peduli Sungai (KPS).
"Pada tahun 2020-2022, GWP-SEA bersama dengan Country Water Partnerships (CWPS) dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam telah bekerja sama guna memastikan penerapan dan penerapan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM). Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini, kami bermaksud untuk mempelajari bagaimana pengelola Tukad Bindu dapat mengelola sistem tersebut," ungkap Fany.
Para anggota Komite Pengarah GWP-SEA, lanjut Fany Wedahuditama, sangat antusias untuk mempelajari penerapan IWRM di tingkat masyarakat, sehingga nantinya dapat dijadikan materi dalam agenda global dan regional yang lebih luas, serta proses subregional dalam World Water Forum ke-10 yang akan dilaksanakan di Bali pada 2024 mendatang.
Sementara, Executive Director Kemiteraan Air Indonesia Dr. Mochammad Amron dalam kesempatan yang sama mengemukakan harapan agar apa yang dipelajari oleh para delegasi ini, akan dapat diadaptasi dan dikembangkan di masing-masing negara.
"Tentu banyak yang bisa dipelajari, diadaptasi serta dikembangkan nantinya mengenai bagaimana Tukad Bindu dikelola dengan baik disini. Untuk itu, masukan serta saran saran juga diperlukan untuk melakukan pengembangan kawasan ini kedepannya," tutur Amron.
Sedangkan, pembina sekaligus Founder KPS Tukad Bindu I Gusti Rai Ari Temaja atau Gung Nik menjelaskan,sungai bersih selama ini identik dengan kegiatan membersihkan aliran sepanjang sungai. Sehingga, menjaga sungai tidak terbatas pada upaya merubah mindset dan mental masyarakat saja.
"Karena selain faktor alam, manusianya sendiri juga harus mendukung upaya pelestarian kearifan lokal masyarakat yang memandang sungai bagian utama dari kehidupan masyarakat salah satunnya yakni melalui gotong royong. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Denpasar, juga sangat memberikan dukungan kepada kami sehingga pengelolaan Tukad Bindu dapat berjalan dengan baik," jelas Gung Nik.