Garut - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, meminta pusat perbelanjaan yang menjual produk fesyen atau pakaian dan sejenisnya untuk mengutamakan produk lokal dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi pelaku usaha di Indonesia.
"Yang penting presiden menekankan P3DN, peningkatan penggunaan produk dalam negeri," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Garut Nia Gania Karyana di Garut, Senin (20/3).
Ia menuturkan, Pemkab Garut berupaya menyosialisasikan ke pasar-pasar yang menjual produk fesyen agar mengutamakan penjualan produknya dari dalam negeri sebagai bentuk dukungan meningkatkan penjualan produk lokal.
Jika ada penjualan produk atau bahan bakunya dari luar negeri, kata dia, maka sebaiknya persentasenya tidak sampai 100 persen, batas toleransinya minimal 60 persen produk dalam negeri.
"Ada toleransi minimal 60 persen produk dalam negeri bahan bakunya, jangan produk luar negeri," katanya.
Ia mengungkapkan, sejumlah toko atau pusat perbelanjaan di Garut saat ini terpantau sudah tumbuh tersebar di perkotaan Garut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada momentum Ramadhan dan Idul Fitri.
Salah satunya yang baru diresmikan di pusat perkotaan Garut, kata dia, yakni pusat perbelanjaan bernama 3 Second yang menyajikan sejumlah produk fesyen ternama dan diketahui bahan baku dan diproduksi
dari dalam negeri.
"Seperti 3 Second ini mendukung bahan baku dan produksinya masih dari Indonesia," katanya.
Ia berharap pusat perbelanjaan fesyen di Garut terus bertambah dan tersebar agar keramaian masyarakat terbagi, juga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi di Garut setelah lama terdampak pandemi COVID-19.
"Kalau perdagangan bertambah maka sektor ekonomi juga meningkat," katanya.
Manager Communication 3 Second Hendri Sase menyatakan, pihaknya sebagai pelaku industri fesyen dalam negeri berupaya untuk terus mengembangkan produk yang bisa kompetitif di pasar, terutama dengan produk luar negeri.
Ia menyampaikan produk yang dijualnya merupakan barang yang diproduksi di Indonesia, dan bahan bakunya juga sebagian besar dari dalam negeri, ada pun bahan baku dari luar negeri karena di Indonesia tidak ada.
"Kita kompetitif, banyak brand asing, global, sehingga brand lokal kita dituntut untuk menaikkan kualitas, secara produksi masih di Indonesia," katanya.
Ia menyampaikan produk lokal harus terus berupaya melakukan inovasi dan meningkatkan kualitasnya lebih baik agar bisa bersaing dengan produk luar negeri.
Jika tidak melakukan inovasi dan relevan dengan zaman, kata dia, dikhawatirkan produk lokal menjadi mati, untuk itu harus berusaha agar produk lokal bisa kompetitif dan berkembang.
"Brand lokal itu harus jadi tuan rumah di negara sendiri, jangan brand global masuk, nanti brand lokal mati, karena dia tidak berubah, karena tidak relevan dengan zamannya," tandasnya. (Ant)