Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengoptimalkan imunisasi untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) sejumlah penyakit.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melalui keterangan tertulis di Surabaya, Kamis (16/3), menginstruksikan pengawasan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti polio, campak, difteri, dan rubella.
"Beberapa wilayah di Indonesia terjadi peningkatan KLB PD3I, khususnya penyakit campak dan difteri," katanya.
Mantan Menteri Sosial itu menganjurkan anak-anak segera ke posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat agar melengkapi status imunisasi serta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Ia menekankan seluruh jajaran Dinas Kesehatan di Jatim melakukan pencegahan dan pengendalian PD3I, khususnya difteri.
"Saya instruksikan Kepala Dinas Kesehatan Jatim berkoordinasi intensif dengan 38 kabupaten/kota untuk mengoptimalkan pengawasan difteri dan PD3I lainnya melalui peningkatan kewaspadaan dini dan respons di wilayah. Salah satunya adalah dengan pelaporan melalui sistem kewaspadaan dini dan respons atau SKDR," ujarnya.
Khofifah telah menerbitkan surat edaran tanggal 17 Februari 2023 perihal kewaspadaan terhadap PD3I kepada bupati/wali kota di provinsi setempat.
"Dalam menanggulangi penyakit difteri, antara lain kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota telah melakukan penyelidikan epidemiologi, melaksanakan Outbreak Respons Immunization (ORI) di wilayah terdampak, serta menyiapkan logistik berupa vaksin difteri dan anti difteri serum," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr Erwin Astha Triyono menjelaskan, penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae yang dapat menular melalui droplet.
"Seseorang dapat tertular akibat tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air ludah orang lain yang terpapar difteri saat batuk atau bersin. Bisa juga tertular saat menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat dapat mencegah penularan dengan disiplin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
"Salah satunya dengan cara memakai masker jika berada di tempat terindikasi terjadinya kasus serta selalu rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir," ucapnya.
Erwin menandaskan komplikasi sering terjadi pada kasus difteri jika penderita memiliki riwayat miokarditis dan gangguan ginjal.
"Bisa menyebabkan kematian karena adanya toksin atau racun yang dikeluarkan bakteri penyebab difteri," katanya.
Gejala difteri di antaranya pseudomembran atau membran berwarna putih ke abu-abuan di sekitar tonsil atau faring. Selain itu, sakit tenggorokan, batuk, demam, pembengkakan leher, dan sesak napas yang berbunyi.
"Saya mengimbau kepada masyarakat jika menemui gejala tersebut segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera ditangani," tandasnya. (Ant)