Batusangkar - Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian memimpin langsung Rapat Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan dan Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2022, di Aula Eksekutif Kantor Bupati, Kamis (22/12).
Richi Aprian mengatakan bahwa rapat ini bertujuan untuk meng-update dan mengevaluasi lagi data, apa yang sudah dilakukan oleh OPD terkait dan membahas rencana kerja ke depan.
"Ke depan kita akan melakukan dua intervensi. Pertama, intervensi kepada anak yang sudah positif stunting dan yang kedua adalah akan melakukan upaya-upaya pencegahan agar jangan timbul lagi kasus stunting yang baru," terang Richi.
Terkait dengan tim percepatan koordinasi pengentasan kemiskinan di Tanah Datar, Wabup Richi mengatakan bahwa seluruh OPD harus menyamakan lagi persesinya bagaimana ke depan mengatur strategi lagi dan membuat roadmap permasalahan penyelesaian kemiskinan dan permasalahan stunting di Tanah Datar.
"Intinya pertemuan hari ini untuk itu, mudah-mudahan program kerja dan apa yang telah kita lakukan tepat sasaran, ini yang paling penting. Alhamdulillah saat ini sudah ada penurunan data stunting dari 644 menjadi 580 orang, dan ini akan kita update setiap bulan," ujarnya.
Wabup Richi juga mengharapkan kerjasama antara OPD dan stakeholder baik yang ada di ranah maupun rantau serta seluruh unsur yang ada di nagari, karena banyak peluang anggaran di nagari yang bisa dimanfaatkan untuk pengentasan kemiskinan dan penurunan stunting di Tanah Datar.
Ke depan, kata Wabup Richi, akan ada penyusunan roadmap dan tim juga akan turun langsung ke lapangan yang tujuannya tidak hanya melihat tetapi akan melakukan intervensi langsung.
"Jadi tim akan melakukan upaya intervensi langsung terhadap kasus stunting terutama terhadap gizi mereka. Jadi tahun 2023 adalah tahunnya aksi stunting, bukan lagi pendataan dan masalah yang berkaitan dengan birokrasi dan administrasi lagi. InsyaAllah dengan semangat bersama target kita secara nasional 14 persen bisa kita capai," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Tanah Datar Lise Eka Putra mengatakan, beberapa kasus stunting yang terjadi bukan dikarenakan oleh kondisi kaya dan miskin tetapi lebih kepada pola asuh, sehingga perlu adanya edukasi yang intens kepada masyarakat.
Selain itu, kata Lise, setiap daerah atau wilayah memiliki potensi yang berbeda, sehingga dengan potensi yang ada ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan pencegahan stunting di daerah tersebut.
"Selain dengan memanfaatkan potensi, pendamping layanan rujukan seperti bidan juga harus ada sehingga masyarakat tidak kebingungan harus kemana, daan tim juga harus melakukan monitoring secara terus menerus. Makanya ke depan programnya apa harus jelas dan juga apa sasaran yang akan dicapai," ujarnya.
Lise juga mengatakan untuk pencegahan stunting tim juga harus saling berkoordinasi terutama kepada unsur yang ada di nagari seperti dengan jorong, KAN, BPRN dan juga tokoh-tokoh masyarakat yang ada.