Kubu Raya - Esensi Hari Sumpah Pemuda adalah menancapkan spirit kebersamaan di tengah keberagaman.
Hal itu ditegaskan Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan seusai Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94, di halaman Kantor Bupati Kubu Raya, Jumat (28/10) pagi.
Muda mengatakan, saat ini semua pihak mengemban tanggung jawab untuk melihat keberagaman sebagai sebuah anugerah dan bukannya ancaman.
“Justru sebaliknya keberagaman itu adalah kebahagiaan. Inilah cara berpikir kita yang harus mulai digelorakan,” kata Muda Mahendrawan.
Muda mengatakan, para pemuda di masa silam mampu berpikir visioner meski di tengah berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, pemuda di masa kini seharusnya lebih mampu untuk berpikir serupa karena telah ditunjang dengan berbagai fasilitas yang memudahkan.
“Dulu saja mereka mampu berpikir menembus zaman. Lalu mengapa hari ini kita tidak mampu? Padahal kondisi dulu jauh dari listrik, akses komunikasi, dan bahkan berpekan-pekan untuk mencapai satu titik ke titik lain. Adapun sekarang kita sudah dimanjakan dengan kemajuan teknologi informasi, harusnya jauh lebih bisa menembus zaman dan produktif,” tuturnya.
Terkait hal itu, Muda menyebut pentingnya karakter yang kokoh. Sehingga tidak mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif. Terlebih di era digital di mana setiap detik pengaruh negatif bisa datang mengganggu.
“Nah, di sinilah perlunya kekuatan akar jati diri supaya dirinya tetap kokoh dan tidak mudah dan tercerabut,” ucapnya.
Muda mengingatkan bahwa pemuda memiliki energi yang besar. Energi tersebut, kata dia, sangat penting untuk menyambut tibanya era bonus demografi pada 2030 mendatang. Hanya saja energi itu perlu didukung dengan karakter mental yang baik.
“Bukan mental cengeng dan mudah menyerah. Begitu pula tidak boleh masuk pada isu SARA dan menebar konflik serta kebencian. Tapi justru isu yang dikejar adalah kesamaan. Ini yang kita butuhkan di republik ini,” terangnya.
Terkait upaya menciptakan generasi yang visioner, Muda menyatakan perlunya membuka pikiran untuk menerima fakta keberagaman yang ada. Dengan begitu karakter diri akan lebih cepat matang.
“Tidak ada yang beragam seperti Indonesia. Makanya kita harus bersyukur,” tandasnya.