Sanggau - Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sanggau menggelar Ritual Adat Nosu Minu Podi (Memanggil Semangat Padi) dan Ritual Adat Mpokant Podagi (Memberi Makan Pedagi/Leluhur), Selasa (7/7).
Sekjen DAD Urbanus mengatakan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil rembuk bersama Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan dan Ketua DAD maka diputuskan Gawai Dayak Kabupaten Sanggau tahun ini ditiadakan namun ritual adat tetap digelar.
"Meskipun sederhana tetapi tidak mengurangi makna terlebih tetap mengikuti protokol kesehatan pemerintah," katanya.
Ketua DAD Kabupaten Sanggau Yohanes Ontot mengungkapkan inti dari Gawai Dayak itu sendiri adalah ritual adat (Nosu Minu Podi), sedangkan kegiatan budaya atau perlombaan-perlombaan adalah bagiannya.
"Untuk menjaga dan melestarikan hal tersebut merupakan tanggung jawab kita bersama yakni seluruh masyarakat adat Dayak itu sendiri, sebagai upaya pelestarian adat dan tradisi leluhur secara turun temurun agar tidak hilang dari peradaban dunia," ujarnya.
Ditambahkan setiap peserta yang hadir mengikuti ritual adat wajib untuk melaksanakan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan, pemeriksaan suhu tubuh dan menjaga jarak untuk mencegah dan menghindari penyebaran COVID-19.
Adapun Ritual Adat Nosu Minu Podi dilaksanakan di salah satu Bawas (Bekas Ladang) masyarakat Dusun Sanjan Desa Sungai Mawang Kecamatan Kapuas, kemudian semangat Padi tersebut dibawa dan disimpan di Jurong (Lumbung Padi) di Dekat Rumah Betang, sedangkan Ritual Adat Mpokant Podagi dipusatkan di rumah Betang Raya Dori' Mpulor sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi masyarakat tahun ini.
Dalam menghadiri kegiatan Nosu Minu Podi, Bupati Sanggau dan Wakil Bupati Sanggau yang juga adalah Ketua DAD Kabupaten Sanggau melakukan penanaman pohon di kawasan Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, kemudian rangkaian kegiatan diakhiri dengan ramah tamah.