Ngawi - Pemerintah Kabupaten Ngawi, Jawa Tengah, menggelar tradisi jamasan pusaka dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi ke-662 di Pendopo Wedya Graha, Senin (6/7).
Dalam prosesi ini ada dua pusaka berupa tombak yang dijamas diantaranya Kyai Singkir dan Kyai Songgo langit, selai itu asa dua payung pusaka yakni Tunggul Wulung sertaTunggul Warono dengan air khusus yang disiapkan para sesepuh Ngawi.
Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ony Anwar, Ketua DPRD Dwi Rianto Jatmiko Sekretaris Daerah Mokh Sodiq Triwidiyanto, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) serta pejabat lingkup setempat.
Dalam situasi pandemi COVID-19, prosesi kali ini digelar berbeda dari tahun sebelumnya dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Kita tetap menggelar acara sakral ini, sebagai pengingat sejarah. Namun, kali ini kita lakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, seperti memakai masker, sarung tangan dan jaga jarak," ujar Bupati Ngawi Budi Sulistyono.
Budi Sulistyono mengatakan, jamasan pusaka menjadi agenda tahunan, menjelang Hari Jadi Kabupaten Ngawi.
"Piandel ini setiap tahunnya dijamas atau dicuci," ujarnya.
Di Hari Jadi Kabupaten Ngawi ke-662 ini, Bupati Ngawi berharap terus berbenah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, kerukunan dan kebersamaan harus terus dijaga serta pembangunan terus kita upayakan agar merata di semua lini serta kesejahteraan masyarakat semakin baik,” tuturnya.
Selain itu, ,bupati menyampaikan bahwa di tengah pandemi ini, kegiatan rangkaian Hari Jadi Kabupaten Ngawi dibatasi untuk menghindari penyebaran COVID-19.
"Jadi tahun ini, kita batasi yang berkaitan dengan kerumunan, seperti upacara hari jadi, ziarah makam leluhur dan kegiatan lainnya," jelasnya.
Prosesi jamasan ini diawali dengan sajian tari Serimpi, kemudian dilanjutkan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit serta Songsong Tunggul Warono oleh wabup Ngawi, selanjutnya diserahkan kepada pangasto pusoko lalu diboyong medhal diikuti iringan jajaran Forkompinda menuju kuncungan Pendopo Wedya Graha.
Saat prosesi pencucian (jamas, red) diiringi rerepan gending Jamasan Pusoko, kemudian begitu selesai dikembalikan ke gedung pusaka kemudian prosesi ditutup dengan tari Rampokan.