Batang – Sempat tertunda beberapa waktu, Rumah Sakit Islam Pembinaan Kesejahteraan Umat (RSI PKU) Muhammadiyah Batang kembali melanjutkan pembangunannya dengan berkolaborasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah dan berbagai pihak lain, sehingga proses penyelesaiannya akan semakin cepat.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Batang Ali Trigiyatno memperkirakan tahun 2023 RSI PKU Muhammadiyah Batang sudah dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada umat.
“Semoga tahun depan sudah bisa beroperasi, karena bulan ini proses pembangunan akan dilanjutkan. Rencananya akan menampung lebih dari 100 tempat tidur,” katanya, saat ditemui, di Kantor Muhammadiyah Batang, Kabupaten Batang, Senin (12/9).
Ia mengakui, dalam prosesnya membutuhkan perjuangan, cita-cita, modal dan dukungan orang-orang besar.
“Yang terpenting membutuhkan bantuan dari Yang Maha Besar untuk menyelesaikan karena manusia banyak keterbatasan. Terkadang kita punya rencana, namun Allah punya rencana lain,” tegasnya.
Ia berkeyakinan semua pekerjaan akan terselesaikan walaupun memerlukan waktu yang cukup lama.
“Dari unsur paramedis sudah ada lima dokter spesialis yang siap bergabung. Sumber daya manusia (SDM) kami di bidang medis secara umum sudah siap, jaringan kami juga cukup luas, seperti di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kendal dan Tegal dan RS Roemani Muhammadiyah Semarang yang siap mendampingi sekaligus menyelesaikan pembangunan RSI PKU Muhammadiyah Batang,” terangnya.
Ia menegaskan, besaran anggaran yang dibutuhkan mencapai lebih dari Rp50 miliar.
“Progres pembangunan fisik sudah mencapai 30 persen. Setelah selesai pun nantinya masih membutuhkan untuk pemenuhan alat-alat kesehatan,” jelasnya.
Ke depan setelah pelayanan berjalan lancar, ia berkeyakinan, akan menjadi pundi-pundi rupiah yang luar biasa besar untuk kesejahteraan perserikatan.
“Ibaratnya rumah sakit itu secara keseluruhan itu seksi, artinya mulai dari semua jasa yang diberikan bisa bernilai ekonomis,” ungkapnya.
Namun demikian, prinsipnya RSI PKU Muhammadiyah Batang, memiliki teologi “Al Maun”.
“Prinsip yang dikedepankan adalah kepedulian yang tinggi, terhadap kaum dhuafa. Tentunya misi kami tidak semata-mata pada keuntungan, tapi misi dakwah dan sosialnya tetap melekat sebagai ciri amal usaha Muhammadiyah,” pungkasnya.