Kediri - Di tengah tren kenaikan harga beberapa komoditas, Kota Kediri mengalami deflasi sebesar -0,01 % dan lebih rendah dibanding dengan capaian nasional dan Jawa Timur, bahkan terendah di Jatim
Menurut sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, disampaikan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional mengalami deflasi, yakni sebesar -0,21 %. Namun berbeda dengan Provinsi Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar 0,09 %.
Kepala BPS Kota Kediri Lilik Wibawati menilai deflasi terjadi karena masuknya musim panen bagi komoditas cabai rawit dan bawang merah di beberapa daerah (1/9).
Ia menguraikan sepuluh komoditas penyumbang inflasi, antara lain: Sekolah Menengah Atas Menyumbangkan inflasi sebesar 0,116 %, Sekolah Dasar sebesar 0,099 %, beras sebesar 0,070 %, akademi/perguruan tinggi sebesar 0,045 %, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,044 %, telur ayam ras sebesar 0,037 %, emas perhiasan sebesar 0,031 %, ayam goreng sebesar 0,020 %, ikan lele sebesar 0,017 %, serta kacang panjang juga menyumbangkan inflasi sebesar 0,017 %.
Di samping itu, terdapat pula sepuluh komoditas yang menghambat inflasi, antara lain: cabai rawit menyumbangkan deflasi sebesar -0,277 %, bawang merah sebesar -0,107 %, daging ayam ras sebesar -0,099 %, cabai merah sebesar -0,070 %, minyak goreng sebesar -0,037 %, tomat sebesar -0,015 %, bawang goreng sebesar -0,014 %, terong sebesar -0,012 %, semangka sebesar -0,011 %, dan tarif kereta api juga menyumbangkan deflasi sebesar -0,010 %.
Lilik juga mengutarakan beberapa hal yang patut diwaspadai masyarakat Kota Kediri pada bulan September mendatang, antara lain: wacana penyesuaian harga BBM bersubsidi yakni Pertalite dan Solar. Selain itu, berdasarkan 192/PMK.010/2021, cukai rokok mengalami kenaikan yang berimbas pada harga rokok setiap bulan selama setahun. BMKG juga memprediksi Bulan September Indonesia memasuki musim penghujan, yang mana dapat berimbas pada penurunan pasokan komoditas pangan tertentu.
“Kita akan terus kolaborasi, salah satunya melalui pemantauan harga bahan-bahan kebutuhan di pasar dan melakukan operasi pasar murni (OPM). Seperti beberapa minggu yang lalu Pemkot Kediri menyediakan 1,6 ton telur dan 6,7 beras medium pada kegiatan operasi pasar murni,” jelas Lilik. Kegiatan operasi pasar murni, ucap Lilik tidak hanya melibatkan BPS, namun bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri.
Sementara itu, Chevy Ning Suyudi selaku Kepala Bappeda sekaligus Koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri menyampaikan bahwa pada Bulan Agustus terjadi penurunan harga yang sangat tajam pada volatile foods (makanan, minuman, dan tembakau) setelah di Bulan Juli ada kenaikan di harga telur dan cabai.
“Di bulan sebelumnya ada kenaikan harga telur dan cabai, kalau Agustus sudah memasuki masa panen di beberapa daerah sehingga harga di pasaran bisa turun,” ujarnya, Selasa (6/9).
Tak ingin kecolongan, TPID Kota Kediri tetap berupaya untuk mengendalikan harga komoditas agar tidak melambung. Pihaknya telah mengikuti Rakornas Sinkronisasi Program Pengendalian Inflasi Daerah, serta menyimak arahan dari Menteri Dalam Negeri yang menginstruksikan agar pemerintah daerah melakukan pengawasan harga.
“Nantinya TPID khusus September ini akan melakukan pendampingan dari Kejaksaan, Kepolisian, dan TNI dikarenakan ada penyesuaian harga BBM yang terjadi secara nasional,” jelas Chevy.
Dirinya menambahkan, sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri, Pemkot Kediri akan mengelola dana anggaran bantuan tidak terduga yang dimanfaatkan sebagai anggaran pengendalian inflasi.
“Kita akan mereviu ulang anggaran yang sudah disediakan tahun 2022 terutama untuk bantuan sosial terkait dengan angkutan umum nantinya akan ditindaklanjuti pada High Level Meeting (HLM) di tingkat Kota Kediri untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh Pemkot Kediri,” tutupnya.