Cirebon - Kasus kekerasan terhadap anak yang belakangan kerap terjadi di beberapa wilayah, membuat Bupati Cirebon Imron miris. Padahal, Imron menegaskan anak merupakan penentu kondisi bangsa di masa depan.
Dijelaskan Imron, karakter anak sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu keluarga sebagai lingkungan terkecil maupun dalam masyarakat luas.
"Jika lingkungan keluarga dan sekitarnya baik, maka pasti anak akan tumbuh sebagai pribadi yang baik pula. Akan tetapi jika sebaliknya, maka karakter anak akan mudah terpengaruh khususnya yang negatif," ujar Imron usai membuka Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2022 di Pendopo Bupati Cirebon, Jumat (29/7).
Dikatakan Imron, banyaknya pemberitaan terkait perundungan terhadap anak, membuat dirinya merasa prihatin. Pasalnya, sebuah tindakan perundungan dapat meninggalkan bekas mendalam kepada korbannya.
"Jika sang anak memiliki mental lemah, maka dia akan trauma dan cenderung lebih tertutup. Apabila sang anak mentalnya buruk, maka jika nanti dia sudah besar, bukan tidak mungkin melakukan hal yang sama terhadap anak yang umurnya dibawah dia. Itulah dampak buruk dari kasus kekerasan yang marak saat ini," terang Imron.
Oleh karena itu, Imron meminta kepada semua pihak untuk tidak lagi acuh terhadap perilaku menyimpang pada anak. Terlebih, jika ada kasus perundungan yang diketahui, maka harus segera mengambil tindakan untuk menghentikannya.
"Dengan tema Gerakan Memutus Mata Rantai Kejahatan Pada Anak, saya mengajak semua pihak termasuk LSM, ormas dan aktifis lainnya untuk lebih aktif dalam melakukan pendampingan maupun pencegahan. Semua ini merupakan tugas bersama untuk menciptakan anak-anak yang berkualitas, dengan membangun lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Pusat, Arist Merdeka Sirait dengan lantang menyebut hasil temuan pihaknya terhadap kasus kekerasan anak, banyak dilakukan oleh orang terdekat. Padahal, dia mengatakan, lingkungan keluarga seharusnya sebagai tempat paling aman bagi anak.
"Dari total kasus, kita temukan sebanyak 52 sampai 56persennya kekerasan terhadap anak ini dilakukan oleh orang terdekat. Baik itu orangtua kandung, orang tua sambung, kakak, kakek, bahkan guru yang seharusnya menjadi pencetak generasi unggul," paparnya.
Bukan hanya itu saja, Arist juga tak lupa mengingatkan banyaknya anak yang kehilangan orangtua saat pandemi COVID-19 lalu.
"Maka dari itu, mari kita sama-sama menjaga anak-anak kita dengan memutus mata rantai kejahatan pada anak," tutupnya.