Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersyukur perekonomian di Jatim bergerak membaik, meski pandemi COVID-19 belum berakhir.
"Kondisi ini harus disyukuri. Kerja keras dan sinergi bersama dalam mengendalikan COVID-19 mulai menunjukkan hasil," ujarnya kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Rabu (11/5).
Berdasarkan data yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan progres baik.
Hal ini terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang mencatat perekonomiannya di kuartal I-2022 tumbuh positif 5,20 persen dibanding kuartal I-2021 year over year (YoY).
Dibandingkan kuartal IV-2021 quater to quarter(q-to-q), pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I-2022 naik sebesar 0,75 persen.
Menurut Gubernur Khofifah, keseimbangan baru dalam perekonomian telah mulai terbentuk, yakni produksi meningkat seiring dengan kenaikan permintaan.
Pertumbuhan ekonomi Jatim, kata dia, posisinya berada di atas pertumbuhan nasional yaitu 5,01 persen. Data lainnya, Jawa Barat 5,61 persen, lalu Jawa Tengah 5,16 persen, Banten 4,97 persen, DKI Jakarta 4,63 persen dan DI Yogyakarta 2,91 persen.
Khofifah mengatakan, impresifnya pertumbuhan triwulan I-2022 walau dalam tekanan Omicron pada Februari lalu, menunjukkan progres arah pemulihan ekonomi nyata di hampir semua lapangan usaha di Jatim.
Pertumbuhan ini, kata Khofifah, tidak lepas dari dorongan berbagai kebijakan relaksasi perekonomian dan insentif pembangunan yang memacu aktivitas perekonomian.
Ia menjelaskan, pada pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan ini Jatim menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan nilai kontribusi sebesar 25,10 persen, atau di bawah DKI Jakarta sebesar 29,50 persen.
Kemudian, berada di atas Jawa Barat sebesar 22,48 persen dan Jawa Tengah sebesar 14,53 persen.
Begitu pula dengan kontribusi terhadap total perekonomian 34 provinsi di Indonesia, Jatim mampu berkontribusi kedua terbesar yaitu sebesar 14,51 persen, di bawah DKI Jakarta 17,05 persen dan di atas Jawa Barat sebesar 12,99 persen dan Jawa Tengah sebesar 8,40 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jatim, lanjut dia, didominasi lapangan usaha industri pengolahan sebesar 31,22 persen.
Kemudian, diikuti perdagangan besar eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18,57 persen, lalu pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 10,99 persen dan konstruksi sebesar 8,80 persen.
"Keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Jatim mencapai 69,58 persen. Jadi sangat mendominasi," kata mantan Menteri Sosial tersebut.
Berikutnya, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah transportasi dan pergudangan sebesar 18,79 persen. Diikuti industri pengolahan sebesar 7 persen, serta lapangan usaha informasi dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,63 persen.