Batang – Diberlakukannya kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, setelah sebelumnya menerapkan PTM 100 persen, ternyata berdampak bagi mental anak.
Wakil Kepala SMPN 1 Batang Dinok Sudiami mengatakan, sebagian dari mereka justru kembali tidak mengikuti pembelajaran daring sebagaimana mestinya, dengan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
“Di pertemuan berikutnya, ketika masuk ke kelas, saya tanya tugasnya, ternyata anak tidak mengerjakan. Dan setelah dicek hanya beberapa anak yang mengerjakan,” katanya, saat ditemui di ruang kelas, SMPN 1 Kabupaten Batang, Senin (7/3).
Ia memastikan, anak didik sudah sangat jenuh dengan pola pembelajaran daring.
“Ketika ditanya, jawaban mereka mayoritas menginginkan PTM 100 persen, karena bisa bertemu langsung dengan gurunya, lebih variatif dan maksimal dalam pembelajaran, dibandingkan belajar sendiri di rumah,” jelasnya.
Jika sebelumnya dalam pembelajaran daring di awal masa pandemi, sudah memanfaatkan aplikasi ID dari Kemendikbud Ristek. Namun waktunya sangat terbatas, sementara menggunakan WhattsApp untuk pengiriman tugas-tugas.
“Sebetulnya Kemendikbud Ristek telah memberikan bantuan kuota belajar sebesar 10 GB kepada tiap anak. Hanya saja, kemanfaatannya belum maksimal, karena terkadang ada sebagian anak yang menggunakannya untuk bermain video game online,” ungkapnya.
Ia pun sempat melakukan penelitian terhadap keaktifan peserta didik saat pembelajaran daring.
“Sebenarnya mereka memantau grup kelas, tapi tidak ada yang komentar. Jadi sebagian dari mereka tidak mengerjakan tugas,” ungkapnya.
Namun berkat menerapkan pola pembelajaran kolaborasi, antara daring dan luring, semua tugas yang diberikan selesai.
“Jika gurunya pro aktif, anak didik pasti mengikuti pola pembelajaran yang diterapkan,” pungkasnya.