Batang – Melihat hamparan sawah yang menghijau dengan pola teras sering, dihiasi payung di tepiannya, serasa berada di Ubud, Provinsi Bali. Namun, nyatanya suasana yang disaksikan itu bukanlah di Pulau Dewata, melainkan di Desa Brayo, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.
Ubud Brayo, itu nama yang disematkan untuk salah satu destinasi yang secara tata letaknya sangat mirip dengan Ubud Bali.
Pengelola Ubud Brayo Muhammad Nawawi mengatakan, selain letaknya yang strategis, Ubud Brayo pun memiliki potensi besar, untuk berkembang pesat, melihat perkembangan Kabupaten Batang yang sedang menuju Kota Industri.
“Sebentar lagi akan hadir Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, selayaknya warga setempat tidak hanya menjadi penonton, tapi ikut berperan dengan potensi alam yang ada. Ubud Brayo ini masih alami, dan mengolaborasikan antara kearifan lokal dan pelaku UMKM setempat, bisa dijadikan daya tarik bagi wisatawan mancanegara ketika KIT beroperasi,” katanya, saat ditemui di Ubud Brayo, Wonotunggal, Kabupaten Batang, Minggu (6/3).
Secara ekonomi pun warga setempat ikut merasakan dampak positifnya. Sebab seluruh karyawan didominasi warga setempat.
“Kami memberdayakan kaum ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan mantan asisten rumah tangga,” jelasnya.
Bentuk pemberdayaan lainnya adalah dengan mengikutsertakan 8 pelaku UMKM menjajakan produk-produk olahannya.
“Ada menu garang asem, aneka botok dan lainnya yang semuanya buatan UMKM Desa Brayo. Namun ada menu khusus yang menjadi incaran pengunjung yakni Mangut Ayam, Kepala Ikan Manyung,” ungkapnya.
Jumlah pengunjung di hari kerja mencapai 300 orang, namun ketika akhir pekan meningkat hingga 500 0rang. Selain itu, Ubud Brayo juga bekerja sama dengan Bumdes setempat dalam pengelolaan lahan parkir.
“Untuk parkir seluruhnya dikelola oleh Badan usaha milik desa (Bumdes) dan hasilnya juga 100 persen dimasukkan untuk Bumdes,” terangnya.
Ia menambahkan, sesuai permintaan pengunjung, ke depan akan dilakukan penambahan dengan dibangun sebuah pendapa.
“Ternyata pengunjung butuh tempat, apabila ingin mengadakan acara intern seperti kalangan keluarga atau komunitas,” tuturnya.
Tidak perlu khawatir karena pembangunannya tidak akan merusak kearifan lokal yang sudah ada.
“Nantinya konsepnya tidak merusak sawah, karena dengan meratakan tanah, tapi bangunannya semipermanen. Pendapa itu bisa juga digunakan untuk istighosah bersama warga setempat,” tegasnya.
Salah satu pengunjung, Umay dari Kabupaten Pekalongan mengungkapkan, sudah beberapa kali berkunjung ke Ubud Brayo karena melihat suasana yang mirip dengan Bali.
“Saya sudah dua kali ke sini, yang paling membuat nyaman itu suasananya seperti di Bali betulan. Makanannya juga enak-enak, paling suka Botok Telur Asinnya sama Kepala Ikan Manyung sedap sekali,” ujar dia.
Ia juga mendukung dengan diikutsertakannya warga sekitar untuk bergabung menjadi karyawan atau mempromosikan produk-produk kulinernya.
“Ini bagus sekali, berarti kan mengembangkan potensi sumber daya manusianya supaya tambah maju, terus sumber daya alamnya dimanfaatkan jadi tempat wisata kuliner yang unik,” imbuhnya.