Solo – Kota Solo merupakan salah satu kota yang mampu menjaga pasar tradisional ditengah maraknya persaingan dengan toko modern. Pemerintah Kota Surakarta dan masyarakat masih terus bersama-sama menjaga siklus kehidupan pasar tradisional.
Hingga kini, terdapat 44 pasar tradisional yang melayani kebutuhan sehari-hari maupun pasar tradisional yang memiliki jenis barang dagangan tertentu.
Beberapa pasar memang memperdagangkan jenis tertentu. Seperti Pasar Depok yang banyak menjual unggas, Pasar Ikan Balekambang, Pasar Klewer yang banyak menjual konveksi, Pasar Klithikan menjual berbagai kelengkapan kendaraan, sound, alat olahraga dan lainnya.
Kontribusi pasar tradisional sangat signifikan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Bahkan beberapa pasar diantaranya sudah direnovasi dengan bangunan baru.
Yang terakhir dan baru diresmikan adalah Pasar Legi, pusat jual beli sayur mayur terbesar di Kota Solo. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud keseriusan pemerintah kota dalam menjaga pasar tradisional agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman.
Berbagai upaya dilakukan, salah satunya lewat program digitalisasi pasar demi menjaga pasar tradisional tidak ditinggalkan oleh pembelinya.
“Nantinya pembayaran retribusi di 44 pasar akan menggunakan metode nontunai. Semua pedagang harus menyiapkan digitalisasi untuk transaksi nontunai. Sehingga apabila ada konsumen atau pembeli datang ke pasar itu, mereka ada pilihan mau bayar tunai atau nontunai,” kata Kepala Dinas Perdagangan Heru Sunardi, Rabu (9/2).
Heru mengatakan apabila pedagang membiasakan pembayaran nontunai, maka perlahan mereka akan beralih lantaran kepraktisannya. Terlebih, pedagang kerap menerima uang nominal besar namun tidak memiliki kembalian.
“Apapun namanya, dengan digitalisasi akan memunculkan kemudahan dan uang tetap langsung masuk ke rekening dengan aman,” imbuh Heru.