Batang - Sekitar 80 ribu hektar lahan kritis di Kabupaten mulai dilakukan penghijauan. Luasan lahan kritis tersebut masuk di wilayah empat Kecamatan yaitu Bawang, Reban, Blado dan Bandar.
“80 ribu hektar masuk kategori lahan kritis. Penghijauan dengan tanaman tegakan ada sekitar 30 ribu hektar sudah tertangani. Sementara sisa lahan 50 ribu hektar secara bertahap dilakukan metode demplot,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) A Handy Hakim usai melakukan penanaman bibit kopi di Desa Deles, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Sabtu (29/1).
Dijelaskanya, penanaman pohon berkayu keras dan tanaman tegakan untuk mengurangi luasan lahan kritis yang selama ini terus mengancam daerah atas yang menjadi daerah resapan air.
“Secara bertahap kita mulai melakukan penanan di lahan-lahan kritis di daerah atas. Ini kita lakukan karena daerah tangkapan air yang menjadi sumber air bawah tanah kita,” jelasnya.
Ia pun menyebutkan dengan banyaknya kawasan industri dan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air mengalami peningkatan yang tidak sedikit.
“Oleh karena itu, kalau kita tidak segera bergerak melakukan penghijauan dan melestarikan alam dengan tanaman tegakan di daerah atas. Kita takutkan kedepan anak cucu kita kesulitan air bersih,” terangnya.
Ia pun menyatakan, sangat mendukung adanya industrialisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi dengan catatan tidak mengabaikan kelestarian alamnya.
“Perkembangan pesat industri yang ada di bawah harus kita imbangi dengan penghijauan diatas. Kita sangat mendukung investasi tapi juga tetap memelihara kelestarian alam, sehingga semua bisa berjalan seimbang,” ungkapnya.
Ia pun menyebutkan, lahan kritis di daerah atas seperti Desa Gerlang Kecamatan Blado dan Desa Pranten Kecamatan Bawang, karena ada paradigma masyarakat yang beralih dari tanaman keras atau tegakan menjadi tanaman kentang.
“Dari segi ekonomi memang sangat bagus. Tapi dari sisi lahan sangat mempengaruhi kesuburan dan daya tangkap tanah terhadap air,” pungkasnya.