Kota Pekalongan - Menanamkan wawasan kebangsaan (wasbang) pada generasi milenial, tidaklah mudah. Sebab, mereka hidup di tengah canggihnya teknologi, yang telah menghilangkan batas teritori, dan mengubah masyarakat secara dinamis. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) terus melakukan pembinaan wawasan kebangsaan kepada para pelajar, salah satunya yang menyasar kepada puluhan pelajar di SMP Salafiyah Pekalongan, Kamis (27/1).
Pemahaman wawasan kebangsaan sebagai upaya menangkal paham radikalisme mesti terus ditanamkan kepada masyarakat, terutama generasi muda sebagai pemegang tampuk kepemimpinan bangsa di masa depan.
Kegiatan pembinaan wasbang tersebut dibuka secara langsung oleh Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin yang menuturkan bahwa, pemahaman nilai-nilai wawasan kebangsaan merupakan kebutuhan mutlak, terutama bagi generasi muda di tengah arus globalisasi dan proses demokrasi dewasa ini. Penerapan konsep wawasan kebangsaan yang baik, dapat membentuk generasi penerus seutuhnya serta menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dimana, hal ini bisa dimulai dari level terkecil di lingkungan keluarga maupun sekelilingnya.
“Oleh karena itu, kita tumbuhkan semangat kebersamaan para generasi muda dengan pendidikan karakter yang baik agar memiliki akhlak yang baik, dimana hal ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga maupun lingkungan sekelilingnya seperti hormat kepada orangtua dan guru, berterimakasih kepada orang-orang di sekelilingnya,” tutur Salahudin.
Dengan begitu, lanjutnya, rasa terima kasih tersebut akan meningkat kepada para pemimpinnya, karena mereka bisa menilai kondisi negara ini dan mereka bisa belajar dengan tenang. Sehingga, jika suatu saat, generasi penerus ini menemukan ajaran atau pemahaman-pemahaman yang kurang tepat, maka dengan wawasan kebangsaan yang telah dimilikinya bisa menjadi langkah deteksi dini untuk menepis hal-hal yang bertentangan dengan negara tersebut.
“Ketika di sekolah berbasis agama hal itu diajarkan sejak dini, bagaimana pemahaman moderasi dalam beragama itu menjadi pemikiran-pemikiran para gurunya yang sudah moderat, maka pasti akan disampaikan kepada siswanya, jadi paham radikalisme bisa ditangkal sejak dini. Termasuk, selain memilih lembaga pendidikan,memang harus dilihat siapa gurunya yang di lembaga pendidikan itu, sanad ilmunya dari mana dan siapa itu penting, karena ilmu yang diperoleh itu dari pemahaman gurunya. Walaupun ayat dan haditsnya sama, namun pemahaman dan penafsirannya yang disampaikan berbeda, sehingga pemahaman yang tersampaikan ke murid juga akan berbeda pula,” tandasnya.