Batang – Banyaknya petani yang menggunakan pupuk kimia ternyata berdampak pada kesuburan tanah yang kian menurun. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah yaitu memanfaatkan mikrobakteri secara optimal.
Konsultan Pertanian dari Yogyakarta Joned Biantara mengatakan, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan mengakibatkan kondisi tanah makin kritis.
“Tanah petani menjadi tandus karena tidak diimbangi dengan perawatan. Jadi langkah pertama kembalikan kesuburan tanah dulu, imunitas tanah meningkat, kebutuhan terhadap pupuk kimia perlahan akan menurun dan mengurangi serangan dari hama,” katanya, usai menyampaikan materi kepada para petani di Gedung Pramuka, Kabupaten Batang, Selasa (25/1).
Ia mengimbau, para petani pangan maupun hortikultura sebaiknya menggunakan teknologi tersebut karena dapat meminimalkan penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen.
“Nanti bertahap bisa berkurang 20-30 persen dulu. Kalau kondisi tanah sehat penggunaan pupuk kimia dikurangi sampai 50 persen tidak masalah,” jelasnya.
Ada pula teknologi mikrobakteri untuk menyuburkan tanaman. Penggunaannya dapat mengombinasikan antara pupuk alami dengan kimia.
“Keuntungannya dalam penggunaan kedua jenis pupuk itu bisa lebih irit, tapi maksimal hasilnya. Dan bisa menetralisir residunya,” terangnya.
Petani organik dari Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing Suraji menyampaikan, selama bertahun-tahun untuk menghasil tanaman yang maksimal ketika masa panen memanfaatkan pupuk kimia. Namun setelah melihat kualitas panen yang tidak optimal secara bertahap mulai beralih menjadi petani organik.
Sebelumnya memakai fungisida sintetis, tapi mulai tahun 2015 mulai menggunakan mikrobakteri untuk meningkatkan nutrisi tanah.
“Saya pakai bahan-bahan alami seperti gadung, cabai dan dicampur sama tembakau sebagai insektisida alami untuk membasmi hama. Takarannya gadung satu kilogram, cabai rawit merah setengah kilogram dan tembakau setengah ons, direndam dan fermentasi dengan M21 selama tujuh hari lalu disemprotkan ke tanaman,” ungkapnya.
Ia menyampaikan bahan-bahan alami itu bisa membasmi hama ulat, belalang, wereng dan berbagai jenis kutu.
“Dulu waktu pakai pupuk kimia bisa mengeluarkan biaya Rp1 juta, tapi ketika pakai organik Cuma Rp500 ribu. Omsetnya bisa meningkat lahan saya 850 m² menjadi Rp3,5 juta dibandingkan pakai pupuk kimia yang hanya Rp2 juta ketika hasil panen padi dijual,” tuturnya.
Ia memastikan, ada perbedaan yang mencolok ketika mengonsumsi nasi dari beras organik, yang cenderung lebih pulen, dibandingkan dengan nasi dari hasil pupuk kimia.