Kota Pekalongan - Berbicara mengenai anak tentu tidak terlepas dengan satu aspek penting yaitu kesehatan. Kesehatan anak yang tengah menjadi sorotan utama adalah terkait masalah stunting. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting sendiri disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pendidikan pengasuh, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, terbatasnya akses terhadap pangan dan kemiskinan.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Pekalongan Nur Agustina menjelaskan bahwa masalah stunting ini berhubungan dengan anak-anak yang mengalami gizi yang kurang( gizi buruk). Menurutnya, permasalahan stunting jika tidak segera terselesaikan,maka akan berpengaruh pada banyak aspek anak ke depannya seperti aspek kognitif, sosial, motorik, psikologis, dan sebagainya.
“Hal ini penting diketahui karena jika tidak teratasi sebelum usia 5 tahun (usia dini), maka kemungkinan untuk diperbaiki akan sangat sulit. Pasalnya, stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi. Pada 2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi dimana anak-anak saat ini akan menjadi penerus yang dipersiapkan untuk bisa memimpin negara ini. Jadi, kalau mereka tidak disiapkan sejak dini,maka kita akan mengalami suatu masalah generasi yang hilang (lost generation). Sehingga, stunting saat ini menjadi masalah utama secara nasional,” tegas Agustin, Jumat (8/10).
Disampaikan Agustin bahwa Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan bersama kelurahan dan ahli gizi telah memberikan edukasi tentang parenting supaya orangtua mengetahui caranya memberikan stimulasi dan senantiasa mendampingi anak jika anaknya mengalami susah makan, gembira hatinya dan memberikan edukasi mengenai pemberian makanan tambahan pada anak. Disamping itu, sanitasi dan akses air bersih dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
“Semua itu harus sinkron antara pengasuhan dan keterampilan orangtua menyiapkan makanan,karena banyak orangtua yang secara ekonomi mampu,tetapi ternyata juga ada anaknya yang kurang gizi. Jadi, kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau tingkat ketelatenan maupun kesibukan orangtua bekerja,dan sebagainya. Sehingga, anak-anak kurang mendapatkan perhatian yang optimal. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya,” pungkasnya.