Martapura - Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar M Hilman menginformasikan bahwa angka orang dalam pemantauan (ODP) sudah jauh turun jadi 72 orang dan dari enam orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 tinggal tiga pasien yang dirawat serta dua orang sudah sembuh dan satu orang meninggal dunia.
Hal tersebut disampaikan sekda Banjar selaku Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 saat menggelar video conference bersama Jurnalis Banjar terkait "update" kasus virus corona di Command Center Barokah, Pendopo Bupati Banjar, Martapura, Jumat (17/4).
Turut hadir Ketua DPRD Banjar M Rofiqi, Kepala Dinas Kesehatan Banjar Diaduddin, Kepala Dinas Kominfo Statistik dan Persandian Banjar dalam hal ini diwakili Kabid Informasi dan Komunikasi Publik Eddy Elminsyah Jaya yang bertindak sebagai moderator.
Sekda Banjar, dalam sambutannya, mengajak warga belajar dari pengalaman Italia dan Spanyol.
"Pertama yang terkena virus Corona hanya satu atau dua orang saja, tapi pemerintah dan masyarakatnya menganggap biasa, kebiasaan dalam kerumunan massa seperti nonton Liga Italia, kumpul-kumpul di kafe dalam jumlah besar yang dianggap hal biasa, semua menganggap enteng," ujarnya.
Hilman menjelaskan, sebulan setelahnya terjadi penularan besar virus corona di Negeri Pizza tersebut.
"Negara modern sekelas Italia dan Spanyol dengan fasilitas kesehatan dan peralatan mumpuni saja tidak sanggup mengatasi orang-orang yang terkena corona, rumah sakit tidak sanggup menampung, maka banyak pasien dan jenazah yang tidak terawat serta tertangani," ungkapnya.
Hilman menambahkan, DKI Jakarta juga awalnya cuma satu atau dua orang, sekarang sudah ribuan yang terkena.
"Jadi harus dipahami mengapa pemerintah melarang pengumpulan orang dalam jumlah yang banyak misalnya seperti meniadakan shalat Jumat untuk sementara. Itu bukan melarang shalatnya, tapi hanya melarang pengumpulan orang dalam jumlah yang banyak," ujarnya.
Hilman memaparkan, di RSUD Ratu Zalecha hanya memilki satu ventilator dengan empat kasur untuk penanganan COVID-19, maka jika 10 orang yang terkena virus corona, maka dipastikan tidak bisa ditampung.
"Makan dari itu, kebijakan pemerintah ini semata-mata untuk kemaslahatan umat. Ingat kaedah ushul fiqih bahwa kebijakan pemerintah atas rakyatnya didasarkan untuk kemaslahatan. Tidak ada niatan pemerintah (ulil amri) untuk memudharatkan rakyatnya. Mencegah lebih baik daripada mengobati," jelasnya.
Ia menambahkan jangan menunggu baru ada yang terkena virus, baru berupaya mencegah, dan yang terpenting yakni saling mengingatkan sesama warga untuk sadar terhadap terhadap protokol kesehatan.
Pada video conference tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) berupa hazmat dan masker oleh Kesultanan Banjar kepada petugas medis di Kabupaten Banjar.