Indramayu - Ada yang menarik dari kunjungan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ke 'Kota Mangga' Indramayu. Orang nomor satu di Jabar itu menyebut bahwa potensi alam di Indramayu sangat luar biasa.
Namun, menurut Emil, sapaan akrabnya, ini perlu digali dan dikembangkan oleh masyarakat, di antaranya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini. Harapannya, meski tinggal di desa, namun rezekinya orang Indramayu harus rezeki kota, dan bisnisnya mendunia.
Emil mengatakan, dinamika masyarakat dulu menganggap rezeki di desa tidak seimbang dengan rezeki di kota, sehingga banyak masyarakat merantau untuk memperoleh pekerjaan yang layak untuk meningkatkan taraf hidupnya, dan terjadilah urbanisasi,
Tetapi, kata Emil, setelah adanya COVID-19, kehidupan berubah, rezeki di desa dapat sama dengan kota, asalkan masyarakat mampu menggali potensi, memanfaatkan kemajuan teknologi yang sudah ada.
“Dulu ada orang berjualan sabun cair hanya Rp10 juta omsetnya per bulan. Karena door to door, sejak dia jualannya online dari tempat tinggalnya yang berada di desa, akhirnya yang beli seluruh Indonesia. Omsetnya jadi ratusan juta. Fisiknya tetap tinggal di desa, tetapi bisnisnya menusantara karena digital,” kata Emil di sela-sela meninjau Gebyar 5.000 vaksinasi sekaligus memberikan bantuan berupa laptop untuk 309 desa di Kabupaten Indramayu di Bumi Patra Pertamina RU VI Balongan, Jumat (10/9).
Dijelaskan,nya transformasi teknologi saat ini tidak semulus dan berhasil dibayangkan oleh banyak orang, namun dengan kerja keras dan kesabaran serta tidak pantang menyerah, dipastikan usaha tidak mengkhianati hasil.
“Dahulu saya pernah launching memberi pakan ikan lele dengan mesin itu. Tapi kan tidak semulus dibayangkan, teruslah berusaha. Insya Allah proses tidak mengecewakan hasil,” jelasnya.
Emil menyebut, idealnya desa digital adalah desa yang masyarakat ingin berjualan secara online. Melalui bantuan laptop untuk 309 desa, masyarakat dapat memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk usahanya secara online melalui e-comerce sampai bisa dibeli se-Nusantara.
“Misalkan saya datang ke desa dan minta tolong fotokan produk saya dan membukakan akun di Shopee atau Tokokopedia. Sudah itu saja, latih itu kepada masyarakat. Saya yakin suatu hari nanti, semua akan bergeser, akhirnya mendingan tinggal di desa tetapi pendapatan kota. Apalagi pengeluaran di desa sedikit. Itulah revolusi digital Jawa Barat. Ada banyak potensi di Jawa barat yang luar biasa, dan teknologi itu bukan milik kota saja tapi juga milik orang desa,” ungkapnya.
Emil meminta, dengan bantuan laptop untuk 309 desa di Indramayu, diharapkan bukan hanya diperuntukkan bagi kepentingan pribadi, melainkan untuk masyarakat agar bisa memanfaatkannya dalam memasarkan produk usahanya secara online dalam skala luas.
“Saya titip bantuan laptop itu untuk desa. Bukan untuk pribadi. Tetapi untuk mendaftar produk-produk desa supaya dapat online, sehingga konsep tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia itu berhasil,” harapnya.
Sementara itu, Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar mengatakan, pemda setempat sangat siap untuk menyongsong desa digital.
Menurut orang nomor satu Indramayu itu, desa digital masuk dalam 10 Program Unggulan Kabupaten Indramayu yakni program Le-Dig atau Lebu Digital. Lebu dalam bahasa Indramayu berarti “Desa”.
Bupati Nina menjelaskan, melalui program Ledig, masyarakat di Kabupaten Indramayu dapat berinteraksi dengan dunia luar. Dengan begitu, diharapkan produk-produk unggulan di Kabupaten Indramayu dapat lebih dikenal oleh publik, baik dalam lingkup lokal, regional, nasional, bahkan go internasional.