Waikabubak - Bupati Sumba Barat Yohanis Dade memimpin langsung rapat evaluasi kegiatan pengawasan dan penertiban distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Senin (30/8).
Kegiatan pengawasan dan penertiban ini bertujuan agar distribusi tepat sasaran dan tepat aturan, untuk mencegah penimbunan dan kelangkaan BBM di Kabupaten Sumba Barat, serta untuk menertibkan pedagang eceran yang tidak taat aturan.
Kegiatan pengawasan dan penertiban ini sendiri dilaksanakan sejak tanggal 10 Juni - Agustus 2021.
Bupati Yohanis yang memimpikan langsung rapat tersebut menyebutkan bahwa persoalan minyak ini sangat sensitif karena menyangkut kebutuhan orang banyak.
Menurutnya, kegiatan yang dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan dengan makin maraknya oknum yang sering melakukan kegiatan pengisian BBM bersubsidi secara berulang-ulang, dan kemudian menjual secara berulang-ulang kepada masyarakat melalui pedagang-pedagang eceran dengan harga yang lebih mahal dari harga bahan bakar minyak bersubsidi di SPBU.
"Akibat dari tindakan pengisian BBM bersubsidi yang berlebihan tersebut, menimbulkan antrian yang panjang di sepanjang jalan yang menyebabkan macet dan situasi lalulintas menjadi macet di sepanjang area SPBU sehingga berefek pada terjadinya kelangkaan di suatu daerah atau habisnya volume BBM subsidi di SPBU dalam waktu cepat," ungkapnya.
Di tengah kondisi sulit yang dihadapi oleh Pemerintah akibat semakin meningkatnya permintaan BBM Bersubsidi dan naiknya harga BBM di pasar dunia, ada pihak-pihak tertentu baik perseorangan maupun korporasi yang melakukan perbuatan tidak bertanggung jawab berupa, pengoplosan, penimbunan, penyelundupan, pengangkutan dan penjualan BBM Bersubsidi kepada industri. Perbuatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri atau korporasi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak.
Dari hasil evaluasi kegiatan pengawasan dan penertiban distribusi BBM bersubsidi tersebut menurut laporan Kabag ESDM dan Kehutanan Sekretariat Daerah Grace W. Ora masih ditemukannya beberapa kendala yakni masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal penggunaan BBM bersubsidi, hal ini ditandai dengan masih adanya masyarakat yang menjual BBM bersubsidi (premium) dan menjual BBM lainnya tidak sesuai aturan yang berlaku.
Semenjak ditutupnya SPBU Benita, semua kendaraan yang melakukan pengisian BBM bermuara di SPBU galaxy sehingga hal ini menimbulkan kemacetan di sepanjang jalur menuju SPBU Galaxy.
Lambatnya respons pihak SPBU Benita terkait rekomendasi Tim dalam upaya pembenahan fasilitas yang masih kurang, seperti masih belum berfungsinya empat noksel, belum ada operator khusus untuk melayani solar industri, security hanya satu orang, CCTV yang tidak berfungsi dan tabung pemadam kebakaran yang tidak selalu terisi serta jumlah anggota tim pengawasan dan penertiban BBM yang masih kurang memadai.