Singkawang – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Singkawang masa khidmat 2021-2026 resmi dilantik. Pelantikan oleh Sekretaris Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat Achmad Hasyim, di Balairung Kantor Wali Kota, Minggu (22/8).
Pelantikan yang dirangkaikan dengan rapat kerja cabang (Rakercab) ini mengusung tema "Meneguhkan Khidmat Keagamaan dan Kebangsaan Warga Nahdliyyin". Rakercab dibuka oleh Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie.
Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar Herwansyah berpesan agar PCNU Singkawang dapat mengambil peran. Seperti halnya saat pandemi COVID-19, NU mengambil peran dalam sisi kemanusiaan.
“Seperti saat ini pandemi COVID-19 yang merupakan tragedi kemanusiaan. NU harus dapat berperan, baik itu dalam mendukung atau membantu pemerintah,” ujar Hermawansyah.
Selain itu, Hermawansyah mengatakan bahwa Singkawang merupakan daerah yang unik dengan masyarakat multietnis, agama dan budaya. Sekaligus juga daerah yang akan menjadi tantangan bagi PCNU. Sebab pada 2018, Singkawang menjadi kota tertoleran di Indonesia dari Setara Institute.
“Singkawang ini daerah yang menarik sekaligus tantangan bagi PCNU. Sebab Singkawang pernah menjadi kota peringkat pertama kota tertoleran dari Setara Institute. Namun tentunya ini bukanlah hal baru. Sebab di NU, kita punya rekam jejak yang baik dalam menjaga kebhinekaan. Mudah-mudahan kita selalu istiqamah sebagai kader dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama,” harap Hermawansyah.
Sementara itu, Edy Purwanto Achmad mengatakan, menjadi ketua PCNU adalah amanah besar, sebab memimpin NU itu tanggung jawab dunia akhirat.
“Ibaratnya NU itu ngurusi orang hidup sampai orang meninggal. Ketika hidup mereka kita berikan dakwah dan kita ajak berbuat kebaikan, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Setelah meninggal mereka masih kita doakan, kita tahlilkan, kita bacakan Alquran agar mereka mendapatkan kebaikan di alam kubur,” kata Edy.
Menurutnya, tantangan dakwah NU saat ini dan ke depan antara lain adalah (para dai) NU harus sudah lebih dulu memberikan contoh yang baik.
“Dan juga harus menjadi qudwah (contoh). Kalau kita sudah menjadi uswah atau qudwah, otomatis kita sudah menjalankan lisanul hal (perilaku) dari apa yang kita dakwahkan, bukan sekadar retorika,” tutur Edy.
Sementara itu, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie berharap Nahdlatul Ulama (NU) menjadi garda terdepan dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Kota Singkawang.
“Pemerintah Kota berharap agar NU di Kota Singkawang menjadi penggerak terdepan bersama pemerintah dan unsur masyarakat lainnya dalam upaya menciptakan dan memelihara kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama. Sebab hal ini adalah modal utama dalam membangun kota. Bagaimana kita bisa bekerja dengan tenang jika antar anggota masyarakat tidak rukun,” kata Tjhai Chui Mie.
Ia mengatakan, andil multipihak termasuk NU dalam menciptakan dan memelihara kerukunan serta keharmonisan antar umat beragama dan kehidupan sosial di Singkawang ini, sebagai bentuk komitmen bersama dalam kehidupan berbangsa bernegara, termasuk untuk mewujudkan pembangunan daerah.
Tjhai Chui Mie juga mengakui konsep dan prinsip dasar nahdliyah dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah banyak membantu bangsa ini dalam membangun kondusifitas negara dan membangun bangsa Indonesia menuju manusia yang memiliki peradaban.
“Dari konsep dasar itulah, pemerintah baik pusat hingga daerah merasa perlu untuk tidak sekadar menempatkan NU pada posisi obyek dalam pembangunan, tetapi sebaliknya pemerintah selalu berusaha menempatkan NU sebagai partner pemerintah dalam mengisi pembangunan Indonesia seutuhnya,” kata Tjhai Chui Mie.
“Besarnya massa NU yang memiliki struktur hingga ke lapisan tatanan masyarakat terbawah, merupakan aset yang harus dikembangkan secara terus-menerus dengan cara berkolaborasi dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya,” tambahnya..
Tjhai Chui Mie juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk terus meningkatkan kerukunan dan keharmonisan di Kota Singkawang. Dengan begitu, Singkawang yang pada 2018 menjadi kota paling toleran di Indonesia namun turun ke peringkat kedua setelah Kota Salatiga pada 2020 dapat kembali menjadi yang pertama di tahun mendatang.
“Kita berharap di tahun 2022 posisi kota toleran dapat kita raih kembali. Untuk itu saya mengajak kepada hadirin dan seluruh komponen masyarakat, khususnya kepada pengurus NU, agar bersama-sama pemerintah dalam mewujudkan harapan tersebut,” harapnya.